Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Saya suka melakukan hal-hal yang menurut saya menarik dan orang-orang sulit melakukannya :) Saya suka bercerita tentang apa yang terjadi hari ini dan mendengarkan cerita teman-teman tentang betapa rumitnya hidup :P Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk orang yang saya sayangi :* Sangat susah bagi saya untuk memilih, meskipun saya sudah menentukan prioritas. Seorang sanguinis- koleris yang perfeksionis namun berusaha untuk tidak terlalu idealis. Haha.

Minggu, 06 Februari 2011

Problem Isn't Always Problem, It Can Be A Gift

there's nothing to cry
because a problem isn't always problem, but it can be a gift
you just didn't know, you just didn't realize
you just haven't notice what was happened


so open your eyes, stop crying and regretting what you've done
let me see through you eyes, your soul, deep in your heart
together we walk away from the past
together we rise again and reach our chance
together we get our gifts, our poblems..

Memandang suatu masalah jangan hanya dari satu sisi dimana masalah itu akan menjadi beban. Cobalah berpikir positif, Allah memberi kita suatu cobaan pasti ada alasannya. Nggak ada satupun masalah yang Allah berikan tanpa solusi. Seperti buku kisi-kisi soal UAN lengkap dengan jawaban, itu bisa salah, tapi Allah tidak.

Setiap hambaNya pasti diberi cobaan yang memang dibutuhkan, didalamnya ada pelajaran yang dapat kita ambil. Itu tandanya Allah sayang, Dia mau hambaNya jadi manusia yag leih baik. Berubah itu dari kemauan dan usaha sendiri.Allah hanya memfasilitasi.

Sering kita protes sama Allah, kenapa kita dikasih cobaan seberat ini? Padahal siapa yang berhak menentukan siapa dapet cobaan apa selain Allah? Allah itu percaya bahwa kita bisa beresin masalah yang kita punya. Allah aja percaya sama kita, masa kita ngga percaya sama diri sendiri?

Akhir-akhir ini aku merasa Allah sangat sayang sama aku, aku dikasih rejeki dan nikmat yang banyak, dikasih curahan kasih sayang sama orang-orang disekitarku, dikasih banyak kesempatan belajar, dan dikasih banyak pe-er problem solving yang sangat berguna. Meskipun aku jatuh-bangun karenanya, tapi aku yakin aku bisa. Pasti ada jalan yang akan membuat semua ini tersa mudah.

Punya masalah jangan disesali, jangan dijadikan beban yang harus dipikul seluruh badan.
Bisa jadi itu hadiah berisi banyak kesempatan belajar. Itu tandanya Allah sayang :)

Kembali Jadi Anak Kecil..


Merengek-rengek meminta permen kapas di pentas lumba-lumba keliling..
Meloncat kegirangan saat ayah pulang tugas membawa oleh-oleh boneka.
Menangis pada ibu saat terjatuh atau diganggu anak tetangga.

Aku kangen kembali jadi anak kecil. Kangen jadi bocah lagi. Aku sangat mengenang masa-masa usiaku dapat dihitung jengan jemari tangan. Karena rasanya pada saat itu lah aku sangat merasa senang, seperti terbang dengan balon udara yang berwarna-warni.

Ketika pulang kuliah dengan tugas yag menumpuk, mataku terus memperhatikan anak-anak yang berlarian keluar masjid selesai mengaji ba’da isya. Dengan riang mereka berlarian bermain petak umpet, tertawa, mengemil, sampai akhirnya pulang dipanggil orang tua mereka.

Saat itulah aku teringat saat satu setengah dasawarsa lalu, saat aku masih kecil. Ternyata benar.masa kecil itu sangat indah, dan ternyata masa itu telah aku lewati tanpa terasa. Dan sekarang aku berpikir enaknya jadi anak kecil, jadi bocah seumuran balita, lucu, polos, menggemaskan.

Anak kecil memandang sebuah masalah sebagai anak kecil, menyelesaikan masalah bagaimana caranya bersembunyi petak umpet, bagaimana caranya mengambil kotak permen dari lemari. Aku iri pada anak kecil yang memandang masalah secara sederhana, yang memiliki pola pikir sederhana, yang memandang dunia dalam perspektif taman bermain, yang memandang hidup seperti jungkat-jungkit. Naik – turun.

Ya aku cukup iri dengan anak kecil, karena orang dewasa sudah seharusnya memandang hidup sebagai orang dewasa, memandang masalah sebagai ha yang wajib ditemukan solusi terbaiknya. Ah ribet. Terlalu sulit sayang, jadi orang dewasa, dimana kamu harus belajar untuk bertahan dan memiliki arti hidup yang sebenarnya.

Saat masalah orang dewasa sudah masuk ke pendidikan tinggi, intelegensi, pemenuhan kebutuhan, masalah prinsip hidup, menemukan Tuhan, jatuh dan bangun karena cinta…anak kecil masih terus berusaha menggapai kotak permen dari lemari. Betapa indahnya jika hidup dalam genggaman kita, dalam sekotak permen dalam lemari.

Waktu aku kecil, orientasiku hanya taman bermain, mewarnai gambar, dan membalas kenakalan anak tetangga. Tapi sekarang umurku hampir kepala dua, umurmu berapa? Masalah-masalah anak kecil sudah diganti dengan masalah kuliah yang rumit, masalah pola pikir yang berbeda dengan orang tua, teman, partner kerja, masalah cinta yang jatuh bangun datang dari satu sisi dan pergi dari lewat lainnya, dan segala cobaan-cobaan indah lainnya dari Allah.

Seandainya aku  bisa bermain petak umpet dengan masalahku yang sekarang
Seandainya aku bisa berlari-larian menghindar dari bebanku yang sekarang
Seandainya aku bisa selalu tertawa menghadapi cobaan seberat  apapun

Aku memang kangen kembali anak kecil lagi. Tapi kedewasaan itu lebih baik bukan? Untuk aku yang sekarang.  Aku yang akan menghadapi dunia, aku yang akan berjuang . Aku yakin aku bisa dan aku kuat, mampu untuk jadi lebih baik. Untuk aku, kamu, dan kita, saatnya memandang hidup dengan lebih dewasa.

What's Wrong With The Memories?


Tulisan ini muncul karena, jujur, ada yang memancing dan menggelitik aku untuk menulis ini. Jadi hari ini aku menangkap beberapa orang galau di beberapa jejaring sosial, ahaha. Terus kebetulan ada yang curhat sama aku, berkaitan dengan hal ini –sori sayaang, aku jadi bahas-bahas kamu-.

Pertama aku denger curhatan temen yang isinya dia sedih banget pacarnya masih nginget mantannya dan menyesal udah mutusin mantannya. Temen akunya juga taunya dari temen-temennya..
A : gue nggak tau lagi dys, dia ngga bilang bahwa dia nyesel sekarang sama gue, tapi dia pernah bilang ke sobatnya kalau dia nyesel putus sama X.
B (aku) : mungkin ada sesuatu yang sangat dikenang sama cowok kamu tentang mantannya
A : apa sih yang kurang dari gue? Sampai2 dia masih inget2 mantannya?
B : it’s not about something imperfect honey, it’s about memories…

Sudah menjadi kemampuan seorang manusia untuk mengingat. dan sejauh ini, menurut aku, manusia akan memiliki ingatan yang kuat pada sesuatu yang sangat indah, dan sangat buruk. Dan untuk menghapus ingatan itu, tidak mudah. Secara tidak sadar, biasanya kita akan mengaitkan sesuatu hal atau kejadian dengan kenangan yang pernah kita alami. Membangkitkan kenangan.

Aku punya kenangan, yang jika dibangkitkan akan menyenangkan, yang dibangkitkan akan menyakitkan. Begitu juga orang –orang disekitar kita. Kenangan itu bisa berupa kejadian-kejadian yang sangat membekas, dan yang berkaitan dengan orang-orang yang mengambil peran dalam hidup kita. Dan, tidak ada yang salah bukan dengan kenangan yang kita puya? Kenangan yang kita miliki saat ini adalah tentang kehidupan dan segala likunya yang diberikan Sang Pencipta Yang Maha Penyayang. Jangan takut mengingat sebuah kenangan...

Dan sering kali setelah teringat akan suatu kenangan, kita akan merasa bersalah atau menyesal, misalnya ya pacar temen aku itu. Penyesalan memang selalu datang di akhir cerita bukan? Setelah kita merasakan dan menyadari apa yang kita lakukan ternyata kurang tepat. Penyesalan muncul setelah kenangan itu datang, setelah kenangan dibangkitkan. Setelah kita ingat ada sesuatu yang hilang, yang terlupa, yang ternyata khilaf.

Kita boleh melihat ke belakang, membangkitkan kenangan dan menjadikan itu sebagai pengalaman berharga, tapi tidak ada juga yang melarang kita untuk tidak sekedar melihat ke belakang melainkan untuk kembali. Kembali tidak selalu keputusan yang buruk. Tapi kembali bukan keputusan yang tepat untuk semua orang. Hidup itu ya hari ini, so let it be…

Ya, aku punya kenangan, kenangan tentang kita
Yang membuat aku ingin berkata “Itu kan dulu, sekarang keadaanya berbeda”
Tapi bukan berarti aku akan lupa
Yang namanya kenangan ya untuk dikenang
Dan menurutku, tidak ada yang salah dengan kenangan yang telah kita buat bersama

Izinkan Aku Menulis


Aku suka nulis. Dari kecil aku udah terbiasa menulis. Nulis apa aja macem cerita pendek, puisi, buku diary, sampai sesuatu yang ngga penting di halaman paling belakang buku tulis. Kadang nulis kejadian sehari-hari, kadang cuma berisi corat-coret mimpi. Dan hal itu masih aku lakukan sampai sekarang.Makin bertambah umur, tulisan aku makin aneh-aneh rasanya. Jaman SMP nulis blog di friendster –aku lupa isinya apa-, terus ngebalesin surat Tanya Jawab di rubrik mading. Hahaha. Terus pas SMA bikin blog, corat-coret, kirim-kirm cerpen.  Dan di kuliah, aku bikin tumblr, mulai nge-blog lagi, dan mulai belajar bikin berita –ini yang menurut aku cukup gila-.

Dan sekarang suka timbul aja gitu pertanyaan, kenapa aku suka nulis ya? Dan kira-kira alasan orang buat suka nulis itu apa? Pertanyaan ini kepikiran pas ada salah seorang temen aku nanya, kenapa aku suka nulis sampai segitunya terus sekalinya dapet inspirasi suka keluar tulisan-tulisan yang seperti bukan ditulis oleh aku –naoon-.

Aku pribadi suka nulis karena….suka aja gitu nggak tau kenapa. Hahaha. Menurut aku nulis itu menyenangkan, bisa numpahin ide, bisa mengutarakan pendapat, menyampaikan perasaan, dan aku selalu berharap bahwa nulis itu merupakan buah inspirasi yang akan menghasilkan ispirasi-inspirasi lainnya. Mungkin apa yang dirasakan sama orang –orang yang suka nulis juga gitu ya. Makanya aku suka kagum sama orang yang bisa nulis dan feel-nya dapet banget sama yang baca. Ada yang bilang juga kalau nulis itu cerminan kedewasaan seseorang, katanya sih dari tulisan kita bisa liat apakah si penulis punya pikiran yang dewasa atau ngga.

Keuntungan nulis menurut aku..hmm, ada banyak hal yang sulit diungkapkan saat bicara dan mengalir lancar saat ditulis. Nulis juga nambah ilmu, terutama kalau nulis yang berkaitan sama suatu topik. Dan yang paling utama adalah...menulis bikin aku lega. Aku sering banget dapet ilham nulis kalau sesuatu sedang terjadi sama diri sendiri, atau sedang terjerumus dalam permainan emosi. Karena semakin emosi aku digerus, baik atau buruk, semakin sering aku melakukan sesuatu sama tumblr dan blog aku - kalau lagi banyak ngepost dan ngeblog ,berarti lagi kenapa-kenapa-. Habis itu lega.

Selama nulis, kebanyakan hasil inspirasi dari mana-mana, kadang dari cerita temen, pengalaman sehari-hari, ide dan pemikiran aneh, dari orang yang lagi bikin kesel, dari orang yang disayang, dari mimpi, pokoknya banyak. Sewaktu-waktu nulis juga suka aku pake buat nyindir orang, haha, seperti yang ditulis sebelumnya, memberi stimulus kepekaan. Dan kadang kalau lagi nulis suka lupa waktu aja gitu, tiba-tiba udah panjang terus tugas belum dikerjain. Hoho.

Disekitar aku banyak orang yang suka nulis, dan suka menikmati hasil tulisan. Seneng banget bisa ngomogin tulisan sama mereka, lebih seneng lagi kalau tulisannya dibaca bahkan dipuji. Tapi namanya juga manusia, hidupnya penuh dengan pembelajaran. Harus terus belajar lagi nih, biar bisa jadi kotributor NGI. Hehe.

Menulis itu menyenangkan, mari mulai menulis :)

Aku harap tangan ini tak akan pernah keriput dan bergetar saat memegang pena
Aku harap mata ini tak akan pernah rabun hingga harus meraba-raba
Aku harap kemampuan berpikir ini tak akan pernah alpa meski beranjak tua
Izinkan aku menulis, sampai akhir hayatku nanti.

Why Plastic? - -"


Hari minggu ini aku sama ibu pergi ke pasar kaget mingguan di lapangan tegalega. Niatnya sih cuma mau buat liat-liat terus beli kerudung paris. Tapi kegiatan diteruskan dengan mencari-cari buah dan makanan enak.  Setelah puter-puter, limayan dapet lele balado, pepaya California, jambu biji, ketan kacang merah, sama oseng cumi. Yummm…

Aku nulis ini bukan berarti mau nulis post tentang kuliner.  Mau nulis pengalaman aja, pengalaman kurang menyenangkan yang terjadi pas beli salah satu makan diatas yg udah aku sebutin. Ayah aku suka banget cumi, terus kebetulan pas mau pulang nemu tempat juallauk gitu, macem2 terus ada oseng cuminya. Akhirnya ibu aku beli deh, ngga banyak cuma seporsi, soalnya cuma buat ayah aja.

Abangnya ada dua orang, yang satu melayani pelanggan, yang satu lagi ngerokok.  Setelah ngebungkusin ke plastik bening, abangnya ngambil plastik item buat bungkus..
Ibu : ngga usah a’, nggak usah pake plastik
Abang A : oh, iya Bu. Nuhun. –sambil nerima uang bayaran-
Abang B : aneh masa di kasih plastik ngga mau
Aku : makasih a’, ini udah ada tas belanja sendiri
Abang B : ngehemat ya neng? Ah neng, ngehemat plastik aja dipikirin

Aku cukup bengong sama omongan abang B yang lagi ngerokok itu. Kok bisa-bisanya dia ngomong gitu? Pengen bales omongin lagi sih, tapi langsung di tarik ibu menjauh dari tukang jualan itu. Kata ibu biarin aja, mungkin abangnya nggak ngerti sama yang namanya ngehemat plastik. 

Sejak dari lama banget ibu ngajarin aku untuk ngehemat plastik, tujuan utamanya biar di rumah ga banyak plastik, terus plastik itu sulit terurai –mesipun sekarang udh ada biodegradable plastic tapi yg di kaki lima kan tetep plastik dari polimer sintetik, setau saya- Makanya, kata ibu, dengn mengurangi pemakaian plastik terutama saat belanja, kita juga udah mengurangi beban bumi untuk menguraikan plastik yg lamanya puluhan taun itu. Meski cuma sedikit, daripada ngga sama sekali.

Jadi kalau belanja biasanya aku sama ibu bawa plastik dari rumah, kalau sekarang bawanya tas belanja, diual di toko-toko, yg bisa dilipet-lipet jadi kecil terus ada resletingnya itu loh. Enak kan bisa dipake berkali-kali terus ukurannya cukup gede buat masuk segala macem. Nah pas aku sama ibu ketemu abang A dan B juga lagi bawa tas belanja macem begini.

Apa salahnya ngga minta plastik? Apa salahnya ngehemat plastik?
Emang pedagang bakal tersinggung ya kalau kita nolak plastik dari mereka?

Yeah, cukup tersinggung dan kaget aja sih sama omongan abang B, memang mungkin plastik itu hal yag sepele, tapi kalau sama hal sepele aja kita nggak peduli, gimana mau peduli sama hal-hal yang besar? Hali ini mungkin kita cuma hemat satu lembar plastik, di akhir bulan ngehemat satu pak plasti, di akhir tahun? Itu baru kalau cuma satu keluarga yang ngelakuin.

Aksi yang besar dimulai dari yang kecil.
Manfaat yang luar biasa diawali dari yang sederhana
Mulailah dari diri sendiri, mulailah dari yang paling kecil.

Sabtu, 05 Februari 2011

Nyindir adalahhh dosa terindahhh! (Kalau Niatnya Buruk)

Awalnya sama sekali nggak ada niat buat bikin tulisan ini. Tapi begitu baca tweet-nya bocah Rinda mengenai " Nyepet adalahhh dosa terindahhh!", jadi kepikiran buat nulis terus ngerandom. Tapi kata "nyepet"nya aku ganti sama "nyindir", sama aja kan ya. Hehe.

"Nyindir adalah dosa terindah", eh, nyindir dosa ya? Hehe, kalau dipikir-pikir aku ngga tau sih nyindir itu dosa apa nggak. Tapi kalau untuk menyadarkan mah kayaknya boleh-boleh aja -pembelaan-. Aku sangat mengakui bahwa aku orang yang suka menyindir, menyepet..hmm, oke, mengkritik pada pihak tertentu. Dan aku tidak memungkiri bahwa aku akan kegirangan setelah menyindir terutama kalau orangya nyadar. "Yess, sindiran berhasil..". Dan disekitar aku juga nampak banyak orang yang mengutarakan pendapatnya lewat menyindir..

Kenapa kita harus menyindir? Ya sering juga sih timbul pertanyaan, " Kenapa sih gue nyindir?". Kalau secara pribadi, jujur, aku nyindir tanpa niat buruk, atau menghina misalnya. Kalau buat aku, nyindir itu adalah satu bentuk komunikasi atau penyapaian maksud. Eits, bukan nyindir secara kasar loh ya, maksud aku disini, nyindir secara halus. Tapi kadang orang membuat sindiran utuk mengatakan secara halus "woi, nyadar diri dong...". Hehehe. Sebenernya kan orang nyindir biar yg disindir nyadar kan ya, dan kesadaran itu butuh kepekaan. Jadi kalau pola pikir aku bilang, nyindir itu melatih kepekaan -ngaco ngga ini?-.

Aku suka kesel sama orang yang udah dikasih tau tapi nggak nyadar. Atau yang udah dikasih sinyal, tapi ngga peka. Bisa dalam hal apa aja sih, misalnya mengenai omongan, hal yang harus dilakukan, sesuatu yg udah jelas tapi orangnya mengelak, dll. Jadi aku menggunakan sindiran biar orang itu peka sama apa yang aku maksud. Tujuan yang aku rasa baiknya sih itu. Dan kalau aku secara pribadi lebih suka nyindir lewat tulisan soalnya nyadar kalau ngomong aku suka pedes, haha. Dan karena kebetulan aku suka nulis, jadi segala sindiran, kritikan, dan protes muncul di beberapa tulisan aku. Yah, mungkin cukup merugikan sih buat yang disindir. Hoho.

Terus kalau nggak mempan sindirannya gimana? Bingung juga kan kalau kita udah nyindir, udah menjurus, tapi orangnya ngga nyadar. Yah itu mah nasib, haha, mungkin kita nyindirnya kurang spesifik -naoon-, atau emang orangnya kurang peka sehingga tidak merasa harus memberi respon.  Ya kalau udah begini, wahai para penyindir, gimanapun niatnya kita kan menyadarkan, mungkin orang yang kita tuju lebih aware sama omongan langsung, bukan sama sindiran. Jadi ya kalau ada sesuatu, mending diomongin langsung daripada nantinya salah sangka. Emang susah sih, tapi kan untuk kebaikan bersama -kedip2-. Dan untuk yang merasa berpotensi kena sindiran, semua orang maksudnya, ternyata memang kita harus jaga semua tindak tanduk kita ya, tapi tetep jadi diri sendiri, jangan lupa untuk selalu aware pada lingkungan sekitar. Misalnya, kalau salah minta maaf, jangan ngomong sembarangan, jangan buang sampah sembarangan -zzz-. Pokoknya, intinya sebagai makhluk sosial kita harus care dan peka sama lingkungan sekitar.

Kadang aku menyesali ketidakpekaan orang loh, sampai akhirnya aku merasa perlu menyindir, terutama lewat tulisan. Kadang ada sesuatu yang susah buat disampaikan, tapi butuh kepekaan buat menyadarinya. Tapi sebenernya kita juga harus belajar untuk maklum, sama halnya dengan kemampuan, nggak semua orang memiliki tingkat kepekaan yang sama.Buktinya ada orang yang cuek banget tapi ada juga orang yang sangat sensitif. Reaktif. Untuk beberapa hal mungkin kita dapat melakukan sindiran, tapi jangan sampai sindiran itu jatuhnya jadi ngelukain perasaan orang, maka gunakanlah majas -garing-.

 Aku menyindir, tidak ada maksud lain selain memberi stimulus kepekaan pada orang lain..

Rabu, 02 Februari 2011

200 Langkah Diganti 200 Kata

Aku baru tau cara terbaru.
Satu kata membayar satu langkah
Dan aku baru sadar selama ini
200 langkah kamu ganti dengan 200 kata

Aku tidak pernah bosan
Apalagi marah meski hanya kata-kata yang bisa kubaca
Tapi aku sungguh tidak mengerti
Apakah kamu akan melakukannya setiap hari?
200 langkah kamu ganti dengan 200 kata

Aku tidak pernah resah
Apalagi curiga meski hanya kata-kata yang bisa kubaca
Tapi satu hal yang aku ingin
Aku harap kamu tak melakukan hal ini setiap hari..
200 langkah kamu ganti dengan 200 kata

-dikutip dari "Memories of 2010"-