Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Saya suka melakukan hal-hal yang menurut saya menarik dan orang-orang sulit melakukannya :) Saya suka bercerita tentang apa yang terjadi hari ini dan mendengarkan cerita teman-teman tentang betapa rumitnya hidup :P Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk orang yang saya sayangi :* Sangat susah bagi saya untuk memilih, meskipun saya sudah menentukan prioritas. Seorang sanguinis- koleris yang perfeksionis namun berusaha untuk tidak terlalu idealis. Haha.

Sabtu, 23 Juli 2011

Kaget..sedikit


Hari Minggu pagi, adik aku yang perempuan, Putri, udah berangkat ke Secapa di Hegarmanah karena ada kegiatan ekskul. Aku sama ibu ngobrol-ngobrol di ruang tamu. Pas lagi 'skip' bentar tiba2 mata tertuju ke sebuah notes kecil warna biru di pojok sofa. Penasaran, baru liat notes ini sekarang, dulu -dulu nggak pernah liat. Mungkin ini notes 'datang' ke rumah pas aku KP kali ya..

"apaan nih?" *buka-buka notes*
"oooh, punya Putri.." *masih iseng buka-buka*

halaman demi halaman....

list barang yang harus dibeli untuk asrama, list pelajaran, corat-coret kartun, nomer telepon temen, list tugas, resep masakan..

pas buka halaman berikutnya...

"EEEHHHH????"

agak kaget soalnya di notes itu ada tulisan nama aku dan nama orang yang pernah deket sama aku pas jaman TPB...

"Dyshelly Nurkartika - ***** *****"

dan itu tulisan adik aku banget...

aku kaget bukan karena dia tau nama orang itu tapi lebih ke karena...
kenapa nama aku sama nama orang itu ditulis disitu yang jelas2 notes pribadi dia?
itu kan udah lama banget, kenapa masih diinget?

"Tuhan,
Jika dia dan kakak saya ditakdirkan berjodoh
Jaga mereka dan dekatkan...
Tapi, jika dia bukan jodoh kakak saya,
Segera pertemukan kakak saya dengan orang yang jauh lebih baik dari dia"

Thanks sister for the du'a.... :*

    Minggu, 17 Juli 2011

    Hidup Itu.. Mengendarai Sepeda


    Hidup itu mengendarai sepeda..

    Aku punya pengalaman buruk saat mengendarai sepeda. Saat di jalan yang menurun, kecepatan sepeda aku nggak tahu berapa. Yang jelas  ujung jilbabku melambai-lambai semangat tertup angin cukup kencang. Di tikungan aku terlambat berbelok. Aku membanting stang terlalu mendadak, dan jatuh rebah di aspal depan Kantin Bengkok dengan suara ‘Brakk!!!!’. Aku pulang dengan badan lebam dan tangan berdarah-darah..
    Untung nggak lebih parah..

    Sejak itu aku sempet takut naik sepeda lagi. Terutama di turunan dan di jalan raya.

    Aku nyoba naik sepeda lagi pas di Kota Tua bareng temen-temen. Kami ikut paket penyewaan sepeda dengan rute ke Sunda Kelapa, Museum Bahari, Toko Merah, dan beberapa tempat lainnya. Sempet takut karena sepedanya berat tapi setelah nyoba keliling aku mulai biasa. Sebelum berangkat aku pikir jalan menuju tujuan aman-aman aja, ternyata… lewat jalan raya!

    Takut jatuh. Itu yang pertama dirasa..

    Tapi guidenya bilang.. “Selama neng terus ngayuh, selama neng tenang dan terus gerak, Insya allah neng nggak akan jatuh..”

    “Bismillah..” Sebisa mungkin aku tenang, meski sempet gemeteran, aku terus gerak, kayuh, dan jaga keseimbangan..

    Dan Alhamdulillah, aku pulang dengan selamat #senyum

    Dan bener, selama kita terus kayuh, konstan, dan tenang, kita nggak akan jatuh..

    Sampai kostan aku jadi kepikiran kata-kata tour guidenya. Dipikir-pikir, hidup itu kayak mengendarai sepeda. Selama kita keep moving on, kita nggak akan jatuh, kita akan stabil. Insya Allah. Kalau diibaratkan, pengalaman aku jatuh dari sepeda mungkin hampir bisa disamakan dengan ‘kegagalan’, kalau setelah itu aku nggak mau lagi naik sepeda, itu mungkin sama aja dengan ‘menyerah karena pernah gagal’, nggak mau nyoba lagi, kapok karena pernah gagal. Tapi aku ngerubahnya dengan nyoba lagi naik sepeda, diibaratkan dengan ‘berusaha bangkit kembali setelah mengalami kegagalan’. Mengayuh sepeda dengan tenang dan konstan diibaratkan sebagai ‘keep moving on, meskipun pernah gagal, hidup harus terus berjalan’. Dengan begitu aku nggak akan jatuh lagi, kalau pun jatuh, aku akan bangun dan ngayuh sepeda sampe sampai ke tujuan. Meskipun dalam kehidupan mengalami kegagalan lagi, kita akan tetap bangit dan terus usaha sampai tujuan hidup kita terwujud..

    Life is like riding a bicycle, as long as you keep moving and stable, you’ll never fall : )

    Ini Tentang Poni, Bukan Tentang Pasta…


    Kemarin aku merealisasikan rencana aku masak creamy pasta. Setelah berkutat di dapur selama satu jam akhirnya si pasta jadi dan hampir abis sama orang-orang rumah dan sodara-sodara. Aku seneng sih soalnya dibilang enak terus seger soalnya bahan-bahannya fresh dan emang nggak aku tambah penyedap (nggak ditambahin daging juga). Ibu aku yang nyoba bilang enak, dan ibu suka, ayah juga. Dimas sama Candra juga makan dan diabisin bagiannya. Meskipun sebelumnya Candra bilang dia lebih suka kalo saus pastanya Bolognese, tapi bikinan aku tetep dimakan dan diabisin. Haha.

    Aku sisain seporsi buat Putri, dia lagi ada acara di DTH gitu. Aku tunggu-tungguin dia pulang soalnya emang aku pengen banget dia coba. Dia kan lebih doyan masak daripada aku, terus makanannya suka enak. Makanya aku pengen denger pendapat dia, masakan aku enak atau nggak.

    Akhirnya dia pulang, aku semangat nyuruh dia coba. Dan dia bilang enak! Seneng, hehe. Nggak tau kenapa, seneng aja kalo sodara perempuan kita muji masakan kita. Iya kan? Akhirnya pastanya abis tanpa sisa. Di dapur tinggal wadah kotor doang. Haha.

    Tapi ceritanya nggak happy ending sodara-sodara..

    Setelah makan, Putri minta aku potongin poninya (soalnya aku potong poni sendiri dan hasilnya pas). Aku bilang, aku ga berani soalnya aku nggak pernah motong rambut orang. Dia bilang ga papa. Akhirnya aku ambil gunting. Padahal udah aku kira-kira tuh segimana. entah karena dianya yang terlalu nunduk atau akunya skip, potongnya kependekan. Kaget…

    Dia bilang “Kayaknya kependekan deh ini, kalo latihan poni aku jadi ngga bisa dipinggirin..”

    Aku minta maaf, dianya sih iya2 aja, tapi langsung masuk kamar. Sumpah lah sedih, ngerasa bersalah…

    Dia udah muji masakan aku tapi aku malah bikin dia kecewa dengan motong poni dia kependekan..

    FAIL banget lah aku..

    Vegetarian Creamy Pasta



     


    Bahan :
    • 250 gram pasta fusili (bisa diganti jenis lain)
    • 2 sendok makan margarine
    • Saus Creamy :
    • 2 buah bawang Bombay
    • 3 siung bawang putih
    • 2 sendok unsalted butter
    • 150 cc air matang
    • Sayuran (wortel, tomat, kentang, jagung) dipotong dadu
    • 350 cc susu murni (bisa diganti ultra atau low fat)
    • 2 sdm tepung terigu
    • Garam, gula,  dan merica secukupnya
    • 50 gram keju cheddar 

    Cara Membuat :
    1. Rebus pasta bersama margarine hingga matang (kira-kira 15-20 menit), angkat dan tiriskan. Kemudian buat saus creamynya.
    2. Tumis bawang Bombay dan bawang putih yang  diiris tipis hingga harum dengan unsalted butter.
    3. Masukkan sayuran (kecuali tomat) yang telah dicuci bersih dan dipotong dadu, tambahkan 150 cc air matang. Masak sayuran hingga matang tapi jangan sampai terlalu empuk.
    4. Tambahkan 2 sdm tepung terigu dan 350 cc susu murni, masak dengan api kecil sambil diaduk hingga mengental. Tambahkan garam, gula  dan merica sesuai selera.
    5. Setelah mengental, masukkan  pasta sambil diaduk sampai rata tercampur dengan sayuran.  Kemudian tambahkan  tomat yang telah diiris dadu.
    6. Taburi parutan keju, pasta diap untuk disajikan : )

    Memenuhi Keinginan Selama KP


    Waktu KP, aku sama Faiza sering ngobrol-ngobrol random sambil liat-liat internet. Karena kita suka makan, jadinya liat-liat café di Bandung yang murah dan enak-enak. Di kostan, makanan paling pas untuk memanjakan diri cuma spaghetti La Fonte. Terus aku sama Faiza kepikiran pengen bikin pasta yang creamy gitu, dan keinginan itu kita bilang berkali-kali. sampe aku akhirnya bilang, pokoknya sampai Bandung aku mau masak creamy pasta. 

    Hari ini hari Minggu pertama di Bandung setelah aku pulang KP. Pagi-pagi aku beli bahan-bahan yang udah aku list buat masak pasta. Sebenernya aku itu bukan orang yang suka banget masak, tapi kalo sekalinya masak ya niat banget. Ya udah, aku mikir porsinya agak banyak aja, toh bakal ada sodara juga, lagian adik-adik aku juga emang suka makan pasta macem spaghetti atau macaroni gitu tapi di rumah belum pernah nyoba bikin yang creamy.

    Aku keliling tegalega beli susu sama sayur-sayuran. Sampai rumah aku langsung rebus pasta (yang fusili) sambil motong-motong sayur. Karena udah lama nggak masak sendiri (di kostan mengandalkan makanan instant) aku jadi agak kagok terutama pas ngebersihin kulit wortel sampe sempet hampir keiris gitu tangan aku tapi lama-lama lancar. Setelah sayuran semua beres dipotong dan fusilinya udah aku angkat, aku secara random manasin minyak, masukkin bawang Bombay, sayuran, air, garam, lada, tepung terigu, susu, diaduk sampai kental, baru pastanya dimasukkin. Terakhir, aku masukkin tomat.

    Aku nggak ada resepnya sih, bikinnya tuh terserah mau aku aja, sampe aku liat kok sayurnya jadi lebih banyak dari pastanya. Hahaha. Tapi kalo aku sih suka, jadi warna warni gitu. Terus karena isinya sayur semua dan ngga pake daging, ngga pake telor juga, adik aku namain ‘vegetarian creamy pasta’.

    Setelah itu aku wadahin di piring, buat Candra, ibu, Dimas juga. Seneng deh, masakannya dibilang enak.  Ibu bilang sayurnya seger terus masih ‘kerasa sayur’ ya karena emang aku masak sayurnya nggak sampe layu yang penting udah kerasa empuk. Aku disini nggak pake daging soalnya emang pengen bikin isinya full sayuran. Sebenernya pengen nambahin ayam yang dipotong dadu atau udang, tapi emang ngga sempet beli. Ibu juga bilang fusilinya nggak kelewat creamy soalnya kita pernah makan creamy pasta di sebuah restoran dan malah jadi enek gara-gara kelewat creamy. Aku juga bersyukur aku nggak ngasih garam sama lada kebanyakan jadi jatornya di rasa pas nggak kaya rasa sop hhe. Terus fusilinya aku wadahin juga buat sodara –sodara yang dateng kerumah. Mereka bilang bikinan aku enak. ….

    Dengan ini hasrat masak creamy pasta selama KP terpenuhiii….. \(^o^)/

    Aku jadi semakin semangat masak lagi. Haha.

    Dua Anak Kecil, Mau Kemana?


    Kemarin, sepulang arak-arakan wisuda, aku pulang ke rumah naik angkot, tentunya dengan basah kuyup. Badan menggigil dan yakin banget kalau sampai rumah  harus langsung mandi biar nggak sakit. Seseorang pernah bilang sama aku, kalo badan kita keujanan lama apalagi sampai basah kuyup dan menggigil, badan terutama kepala kita harus disiram pake air anget biar nggak sakit.

    Masuk jalan menuju rumah, aku papasan sama Putri, adik aku. Dia abis dari warung sebrang jalan, beli es krim. Aku liat dia lagi ngobrol sama dua anak kecil yang penampilannya sangat sederhana. Yang perempuan kira-kira usianya 10-12 tahun bawa keranjang gede, yang kecil laki-laki kira-kira 6 tahun pake baju merah, diem malu-malu gitu..

    Aku samperin Putri dan dua anak itu,  aku tanya ada apa. Putri  bilang, dua anak itu mau pulang ke rumahnya di Banjaran, tapi ongkosnya kurang, mereka sempet nawarin adik aku beli dagangan mereka, sayuran, tapi Putri bingung juga soalnya dia nggak perlu sayuran. Aku sempet kaget, udah jam setengah delapan malem dan dua anak itu belum pulang, aku ajak mereka ngobrol di pinggir *soalnya asalnya di tengah jalan*. Nggak tega, muka anak kecil yang laki-laki  keliatannya capek banget. Dia diem terus.

    Ternyata mereka jualan sayur dari pagi dan baru laku sedikit. Pas aku tanya orang tuanya dimana, anak yang perempuan bilang kalo ibunya lagi sakit. Biasanya mereka jualan sama ibunya, makanya mereka tau jalan. Aku tanya rumahnya di Banjaran sebelah mana, mereka bilang berhenti di pertigaan alfamart terus naik kretek *aku tau kayaknya jalannya, makanya aku positif thinking aja, Insya Allah anak-anak itu nggak bohong*

    “Mbak, kita kasih aja uangnya gimana? Kasian soalnya…” Kata Putri

    Aku juga nggak tega sih, anak kecil malem-malem, jauh dari rumah, bawa keranjang sayur yang berat..

    “Coba teteh liat, kalian jualan apa?”

    “Ini teh, ada jagung, cengek, paria, terong, sawi, sama bawang merah..” Anak perempuan itu buka barang belanjaan dia dengan semangat dan buka daftar dagangan dari dompet, sempet aku lirik, isi dompetnya cuma sekitar tiga ribu gitu..

    Aku kepikiran masak buat besok harinya, tapi sayuran yang aku suka cuma jagung. Ya udah lah aku pikir dibeli aja.

    “Jagung berapa?”

    “3500 teh…”

    Aku keluarin uang, Putri juga. Aku cuma berharap mereka bisa pulang selamat, terus mudah-mudahan dagangannya besok-besok laris. Aku yakin Putri juga gitu.

    “Teh, maaf, ini uangnya nggak ada kembaliannya.”

    “Ambil aja kok, memang buat kamu sama adik kamu..”

    Dan rasa hangat menjalari aku begitu ngeliat anak laki-laki kecil yang asalnya mukanya capek banget dan diem terus itu senyum, terus bilang “Alhamdulillah…”

    Mereka pun pergi sambil meninggalkan senyum manis.

    Ya Allah, aku bersyukur banget aku nggak mesti jualan sayur  semalem itu dan sejauh itu untuk nyari uang. Dari dua anak itu aku jadi keinget kalau kita harus bersyukur sama rejeki yang dikasih Tuhan. Dua anak itu harus rela dan berani pergi tanpa ibunya buat bantu ibunya yang lagi sakit. Dua anak itu harus mau jalan jauh demi nyari orang yang mau beli dagangan mereka. Dua anak itu hari ini melewatkan malam minggu, malam dimana biasanya keluarga menghabiskaa waktu bersama. Kalau dipikir-pikir, keluarga aku kalau malam minggu biasanya jalan-jalan, makan enak, atau sekedar ketawa-ketawa di rumah, sedangkan diluar sana banyak yang harus kerja keras. Yah, namanya juga hidup. Hidup itu berat dan kita sebagai pemerannya harus kuat, karena kita nggak tau apa yang akan terjadi nanti..

    Aku berharap mudah-mudahan dua anak kecil itu selamat sampai rumah, untuk hari ini dan seterusnya. Mudah-mudahan rejeki mereka lancar untuk hari ini dan seterusnya. Mudah-mudahan mereka bahagia, mudah-mudahan mereka akan selalu nemuin orang yang baik sama mereka untuk hari ini dan seterusnya. Dan mudah-mudahan mereka selalu diliputi berkah, kasih sayang dan cinta Allah hari ini dan seterusnya.. Amin.

    Seeing from The Distance


    Aku orang yang sangat suka bersosialisasi, aku adalah orang yang doyan banget ngobrol. Aku seneng karena punya banyak temen yang bisa diajak ngobrol, ketawa-ketawa, seneng-seneng, beberapa dari mereka bahkan selalu ada saat aku susah, saat aku sedih, saling menghibur. Aku seneng berada di deket orang-orang yang membuatku sangat nyaman. Berada di sekitar orang yang menyenangkan.

    Tapi ada orang yang hanya bisa aku lihat dari jauh. Orang ini bukan artis, apalagi presiden. Orang ini bukan orang penting juga, apalagi buronan yang membuatnya harus jauh-jauh dari orang lain. Hahaha.

    Dia adalah orang yang tetep bisa membuatku nyaman meski kami berjauhan.
    Tapi selalu aja ada alasan aku untuk melihat orang ini dari jauh. Just seeing from the distance.

    Aku melihat orang ini dari jauh, orang ini memilih hanya tersenyum saat teman-temannya larut dalam kegembiraan, tertawa-tawa keras. Orang ini memilih mengobrol dengan pak tua pengumpul sampah/gelas plastik sementara teman-temannya bercanda tawa di beberapa sudut. Orang ini memilih tersenyum dan hanya mengamati sementara teman-temannya berjoget-joget gembira dan menjadi pusat perhatian. Tapi buatku, orang ini yang jadi pusat perhatian.

    Orang ini tentu nggak melihatku, toh aku memperhatikannya dari jauh.

    Ini bukan stalking…

    Kalau pun aku bisa, aku juga nggak ingin cuma melihat orang ini dari jauh. Kalau pun aku bisa, aku akan menarik tangan orang ini, mengajaknya bergabung bersama aku dan teman-teman yang lain. Membuatnya memiliki lebih banyak teman, membuatnya merasakan ikut berbagi. Melihat senyumnya lebih jelas dan lebih dekat. Mengobrol tentang banyak hal yang menyenangkan, bukan hanya sekedar berpandangan kemudian membuang muka.

    Ya, but for now, I just can seeing from the distance…