Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Saya suka melakukan hal-hal yang menurut saya menarik dan orang-orang sulit melakukannya :) Saya suka bercerita tentang apa yang terjadi hari ini dan mendengarkan cerita teman-teman tentang betapa rumitnya hidup :P Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk orang yang saya sayangi :* Sangat susah bagi saya untuk memilih, meskipun saya sudah menentukan prioritas. Seorang sanguinis- koleris yang perfeksionis namun berusaha untuk tidak terlalu idealis. Haha.

Rabu, 15 Februari 2012

Rumah Cokelat by Sitta Karina :)


Kemarin sore, Putri -adik saya- pulang les dengan cengar cengir. “Asalnya aku mau beliin binder titipan mbak yang warnanya turquoise. Tapi nggak ada mbak. Terus ada novel ini, bagus. Hehe.”
Adik saya yang satu ini memang seneng banget baca. Terutama baca novel. Seringkali novel-novel di kamar saya berpindah tempat ke kamar dia, tentunya karena di baca. Saya nggak pernah marah, kadang bete aja soalnya nggak pernah disimpen di tempat awalnya. Haha.
Kemudian adik saya menunjukkan buku yang dia beli..
Rumah Cokelat bu Sitta Karina. Nggak heran, karena adik saya ini suka sekali sama buku-bukunya Sitta Karina (saya lupa dia sudah koleksi berapa) Sebuah novel berlaber “Mom-lit”. Hah? “Mom-lit”? Buat ibu-ibu maksudnya? Tokoh utamanya memang Hannah, seorang ibu muda, wanita karir masa kini pokoknya. Hmmm… actually, for me, this is a “Fam-lit”. Soalnya setelah saya scanning baca -dan baru baca full sampai halaman 90 hari ini-, inti novel ini adalah.. no matter what, you family is the most precisious :)
Baru baca sedikit saja, saya merasa ketagihan. Saya suka tokoh Razsya, anak dari pasangan muda Hannah dan Wigra. Gemes. Karena di novel ini dia digambarkan lucu, polos, pandai berbicara, cerdas :D
Lika-liku rumah tangga pasangan muda yang baru menikah 3 tahun. Di novel ini , menurut saya, digambarkan banget perbedaan kehidupan sebelum dan sesudah kita menikah serta membangun keluarga kecil yang bahagia :))
Haha..walaupun sekarang saya masih 20 tahun, baca novel ini bikin pikiran saya ‘melangit’ tentang keluarga yang akan kami* bangun di masa depan :)

Surat Cinta Untuk Kamu


Kamu bilang kamu akan berusaha mencintaiku
Kamu bilang kamu akan lewati waktumu bersamaku
Kamu bilang kamu akan curahkan pikiranmu untukku
Kamu bilang kamu akan habiskan tenagamu demi aku

Tapi mana buktinya? Mana?

Seringkali kamu lebih memilih pergi bersama temanmu daripada mendatangiku
Seringkali kamu lebih memilih tidur daripada mengakrabiku
Seringkali kamu abaikan aku dengan alasan “Aku stress sama kamu!”

Katakan, apa yang kau rasakan setelah tiga bulan denganku? Katakanlah.

Aku rindu saat kamu membuka buku tentangku dan berkata “Aku ingin memahamimu”
Aku rindu saat kamu bertanya pada seniormu tentang bagaimana membuat hubungan kita lancar
Aku rindu saat kamu menulis tentang aku di buku tebalmu, buku yang selalu kamu simpan di meja kerjamu

Aku tahu kamu serius dengan hubungan kita
Jangan terburu-buru memahamiku, itu butuh waktu
Maka aku harap kita bisa terus bersama
Maka aku harap kamu bisa mencintaiku dengan sungguh-sungguh

Kita pasti bisa!

Yang selalu menjadi milikmu,
TUGAS AKHIR

Selasa, 14 Februari 2012

"If you're planning for a lifetime, educate people"


If you’re planning for a year, plant rice
If you’re planning for a decade, plant trees
If you’re planning for a lifetime, educate people
Kata-kata di atas saya dapatkan dari sebuah slide powerpoint mata kuliah “Pengelolaan Ekosistem Pesisir dan Laut Tropika” hari Jumat kemarin. Pak Noorsalam, dosen matakuliah tsb, mengatakan bahwa beliau mengutipnya dari sebuah pepatah cina. Inspiratif.
Kalimat terakhir, yakni “If you’re planning for a lifetime, educate people”, sangat mengilhami saya membuat tulisan ini. Saya teringat, betapa beruntungnya saya bersama teman-teman yang lain yang memiliki kesempatan menuntut ilmu lebih jauh, lebih tinggi karena menurut UNDP tahun 2011 rata-rata penduduk Indonesia hanya mengenyam pendidikan selama 5.8 tahun (tidak memenuhi wajib belajar 9 tahun). 
“If you’re planning for a lifetime, educate people”
Saya teringat kalimat dosen saya yang lain, Ibu Ayda T. Yusuf yang mengatakan “Orang yang pandai, orang yang berilmu, dapat dibuktikan dari seberapa banyak dia membagikan ilmunya pada orang lain, bagaimana dia membuat pengetahuan orang lain bertambah karena ilmu yang dia bagikan.” Intinya, ilmu yang kita dapatkan selayaknya kita teruskan pada orang-orang.
Setelah lulus nanti, mungkin teman-teman (termasuk saya) bertekad untuk sekolah lagi, mencari pekerjaan, membuka usaha. Tapi apakah kita terpikir (memiliki niatan) untuk membagikan ilmu yang kita dapatkan pada orang-orang? Terutama yang tidak seberuntung kita?
Dan saya selalu kagum pada kakak-kakak dan teman-teman saya yang meluangkan waktunya untuk membagikan ilmu mereka pada adik-adiknya, pada masyarakat, pada mereka yang butuh bantuan, pada mereka yang belum beruntung. Mengamalkan ilmu, bukan hanya dalam bentuk mengajar, tapi juga lewat kegiatan apapun yang memberikan manfaat dengan ilmu yang kita punya.
Ilmu yang tidak diamalkan hanya akan menjadi sekedar pengetahuan, fitnah, dan penyesalah di alam akhirat. Saya harap, saya adalah salah satu orang yang beruntung menjadi salah satu orang yang dapat membagikan dan mengamalkan ilmunya sebelum sisa umur saya habis.
Bekal kita adalah iman dan amal shaleh, sedangkan ilmu yang kita dapatkan akan menjadi bekal apabila terwujud menjadi amal shaleh (diamalkan). Semakin banyak ilmu yang diamalkan maka semakin tinggi derajat kita di sisi Allah SWT :)

Kamis, 09 Februari 2012

Gathering : ‘Random’ Version

Sebuah SMS masuk ke Hp saya siang ini, dari salah satu anggota ‘geng Cibodas’. Namanya Aga, anak Geodesi 2008.

“Adys, diajakin makan ama Wasil nih traktiran, mau ngga? Haha.. Ajakin yg laen juga ya, gimana?” – Aga

Membacanya tentu saya senang. Siapa yang nggak mau ditraktir? Hahaha. Dengan semangat saya mengiyakan ajakan tersebut dan segera mengirim SMS pada teman saya yang lain, sesama ‘geng Cibodas’. Hmmm...simpel sih kenapa namanya ‘geng Cibodas’, ini istilah seru-seruan aja karena kita pernah jalan-jalan bareng ke Kebun Raya Cibodas Januari 2011 lalu. \(^o^)/


Singkat cerita, kami janjian di Kantin Bengkok jam 13.00. Saya dan Choppiz pergi duluan, sementara Ichang bilang mau nyusul dan Gita nggak bisa ikut karena ada kuliah tropis dan ngurusin KP. Ternyata Aga dan Wasil udah nunggu di sana, saya dan Choppiz menghampiri mereka berdua dengan muka ceria. Ya iyalah mau ditraktir!!!!

Gilanya, harapan traktir tinggal harapan, ternyata Aga bohong lah, Wasil bukannya mau traktir, dia mengeluarkan jurus “Urang nggak bawa apa-apa”-nya. Hahaha. Jadi intinya Aga iseng doang bilang Wasil mau traktir, padahal mah bohong. Zzzzz.

Meskipun nggak ada traktiran, bukan berarti kita nggak jadi ngumpul. “Ya udah, sekarang kita tetep makan siang, menu pilih sendiri, bayar sendiri-sendiri, gimana?” kata saya. Akhirnya kesepakatan diambil, makan bareng, bayar sendiri-sendiri. Biarin lah daripada ngumpul sia-sia, lagian udah mau ujan dan laper juga.

Saya, Choppiz, Ichang, Wasil, dan Aga duduk di bangku kantin bagian belakang. Sepanjang makan isinya nggak jauh dari obrolan ajaib, candaan, ejek-ejekan. Pokoknya nggak jelas. Hahahaha. Entah kenapa ngeliat orang-orang ngaco ini terhibur banget, terutama gara-gara Choppiz sama Wasil yang suka cela-celaan, Aga yang ngakunya udah nggak galau lagi, Ichang dengan segala maha-advicenya bahkan sumbangan advice untuk cara ngedeketin gebetan. Dan cuma di depan mereka saya bisa ngomongin makanan sebebas-bebasnya, karena mereka tau saya emang doyan makan. Super nyengir lebar-lebar. Hahaha.

Kengacoan dilanjutin di selasar SITH, karena Gita nunggu disana. Sampai disana pun obrolan nggak jauh dari cela-celaan, ketawa-ketawaan, ketemu Aryo pula, dan kondisi semakin random karena Aryo ngenalin hampir semua adik kelasnya yang ngelewat di selasar SITH, iseng banget sih emang. But that’s why I love spending time with you guys!

Anyway, thanks buddies!! Ke-random-an kalian bener-bener bikin stress aku ilang hari ini. Seneng banget ketemu kalian!!!!! Bener-bener ngehibur. Dan kita harus sering kumpul bareng kayak sore tadi, untuk saling ngyemangatin dan ngebangun semangat lagi di semester delapan, meski dengan cara ya.....ehm, random dan ngaco.

Seriusan lah, hari ini keren!

In Love w/ KlungBot


Hari itu, 4 Februari 2012, saya menelusuri Ganesha Cave, sebuah wahana yang dibuat oleh mahasiswa Teknik Geologi ‘GEA’ ITB dalam rangka event ITB Fair yang digelar di kampus Ganesha. Pagi-pagi sekali saya coba wahana itu, kebetulan emang sengaja dateng pagi sih, soalnya mau TA juga. Hehehe. Secara umum si Ganesha Cave ini menarik, bentuknya macem gua, didalamnya banyak informasi tentang Geologic Time Scale, mitigasi bencana, batuan, fosil etc.

Tapi sebenernya, bukan Ganesha Cave yang saya bahas disini. Hahaha. Maaf, maaf, paragraf pertama tadi hanya pengalih pembicaraan. Yang ingin saya bahas disini adalah apa yang ada di pintu keluar Ganesha Cave, yang membuat saya jatuh cinta, sampai sekarang…

Ya, saya jatuh cinta, hingga sekarang. Suaranya masih terngiang...

KlungBot, KlungBot, KlungBot namanya. Awal saya menyadari keberadaan dia adalah saat saya berada di ujung Ganesha Cave. Saya mendengar suaranya melantunkan “Laskar Pelangi”, yang membuat saya mengalihkan perhatian dari mbak/mas mahasiswa/i GEA yang lagi nerangin tentang fossil dll.

Saya keluar dari Ganesha Cave, dan mendapati ia berdiri sambil terus melantunkan lagu itu. Saya tersenyum, saya rindu suaranya, saya tergetar karena saya memang rindu akan getaran bambunya. Ya, KlungBot ini bukan manusia, tapi singkatan dari “Angklung Robot”.



Mata saya menyapu pandangan sekitar saya. Beberapa orang berdiri sejajar dengan saya, ikut menikmati suaranya. Ini memang unik! Sangat unik! Sebuah lagu yang dilantunkan angklung biasanya dimainkan oleh satu team yang umumnya terdiri lebih dari 10 orang kini di depan saya dimainkan secara otomatis. Angklung bergetar otomatis, bergetar sendiri (haha), tak ada manusia yang menggetarkannya. Di depan saya hanya terdapat 1 set angklung dan sebuah laptop. Diatur oleh suatu sistem.


KlungBot. Robot ini merupakan perangkat mikroprossesor yang dilengkapi dengan banyak motor dan lengan mekanis. Satu robot memiliki 12 lengan, cukup untuk memegang set angklung 1 oktaf. Dengan demikian diperlukan 3 buah robot untuk unit angklung 3 oktaf. Ketiga robot ini kemudian dikontrol oleh sebuah komputer.


KlungBot yang dikembangkan di Teknik Fisika ITB ini dapat memainkan angklung secara manual maupun otomatis. Secara manual, papan kunci pada layar komputer dapat dimainkan, mirip seperti bermain piano, KlungBot akan memainkan nadanya. Selain itu aransemen lagu dengan notasi not angka dapat disimpan dalam playlist dan dimainkan secara otomatis.


Dengan adanya KlungBot ini, salah satu modernisasi alat musik tradisional telah muncul. Tanpa mengurangi maknanya, budayanya, dan kelestariannya. KlungBot ini saya pastikan akan menarik perhatian, membuat jatuh cinta banyak orang pada angklung.


Meskipun saya biasa mendengar suara angklung lewat CD, bahkan jauh lebih menyukainya saat dimainkan oleh team, lebih jauh lebih suka lagi jika saya pun berada di dalamnya, KlungBot ini tetap bisa menutupi sebagian kerinduan saya pada suara angklung, pada permainan angklung yang saya gemari sejak SMA.

Lagu yang dimainkan KlungBot berganti, kali ini Bohemian Rhapsody! Saya semakin betah memandangi dia...


Hari Ke-55


9 Februari 2012

Terhitung 55 hari sejak saya masuk Lab. Genetika, 55 hari sejak saya memutuskan memulai penelitian Tugas Akhir saya, yang waktu itu saya mulai dengan penuh rasa ketidakpastian, keraguan. Apa saya bisa? Apa saya mampu? Apa saya kuat? Apa saya mengerti dan bisa melakukannya dengan baik? dan…. Apa saya bisa lulus? Hehe..

Jujur saya sempat takut, apalagi ada beberapa pihak yang bukannya mendukung tapi malah bilang “Lo ngapain TA pake topik susah-susah begitu? Gw sih ogah ya, lo nggak takut lulusnya lama?” yeeeeee.. (-_-“)

Saya sempat down, tiap hari kepikiran. Rasanya hidup nggak tenang, kepikiran terus sebulan ke depan, dua bulan, tiga bulan, hingga Juli tiba, atau bahkan hingga Oktober tiba, atau bahkan hingga April 2013 tiba.

Lebih terintimidasi lagi sama orang-orang yang udah mulai TA duluan dan udah mau selesai. Kok rasanya enak banget gitu. Orang-orang yang udah masuk Lab. Gene duluan, kok rasanya udah fasih banget pake alat-alat Lab., sementara saya masih pake spektro aja masih harus ditemenin gara-gara paranoid harga kuvetnya mahal. Saya masih butuh bimbingan kalo mau bikin sel kompeten, transformasi. Pake PCR aja saya belum ngerti lho. Hahaha.

Tapi, semakin hari saya semakin percaya, Allah nggak akan ngasih cobaan yang tidak bisa diatasi hambaNya, tidak akan memberikan tugas yang tidak dapat diselesaikan hambaNya. Saya berusaha menssuport diri sendiri kalau saya bisa! Hal ini kecil, belum apa-apa kalau dibandingkan kehidupan saya di masa depan. Jalan menuju kebahagiaan dan kesuksesan memang tidak selalu mulus.

“Justru kamu harus bersyukur masih bisa mikirin TA, itu artinya kamu peduli sama TA kamu, kamu pengen ngelakuin yang terbaik buat TA kamu, jika pun ada hasil yang belum memuaskan, itu bukan kegagalan melainkan sebuah proses…”

TA saya worth, TA saya visible, TA saya possible! Dan ini memang pilihan saya, apa yang saya inginkan.

Sekarang, hari ke-55, saya harus kerja lebih keras lagi, usaha lebih giat lagi, biar hasilnya bagus. Biar hasil penelitian TA saya nggak cuma bikin saya puas, tapi juga bikin puas pembimbing saya, dan orang-orang yang ngedukung saya. Ini semua harus jadi pembuktian untuk orang-orang yang kemarin hari menyangsikan saya dan topik TA yang saya pilih (kekeuh..haha)

Dan terima kasih Allah, karena ditengah proses ini Kau selalu memberikan kejutan-kejutan indah, Kau selalu memberikan ‘hadiah’ setelah saya mengalami kegagalan. Intinya saya percaya Allah selalu menghargai usaha hambaNya. Saya mengerti bahwa kegagalan-kegagalan pada awalnya Allah berikan agar saya berusaha lebih keras dan giat agar hasilnya membahagiakan, indah pada waktunya. Saya juga bersyukur karena Allah juga memberikan sumber-sumber kekuatan, suntikan semangat, lewat diri saya sendiri maupun orang-orang yang saya sayangi.. (^-^)

 “Hal yang berat akan terasa lebih ringan dan mudah saat kita mengerjakannya dengan ikhlas”, kata-kata yang selalu terngiang di pikiran saya. Ya, saya belajar untuk mencintai apa yang saya kerjakan, ikhlas dan sungguh-sungguh dengan apa yang saya tekuni. Kelak, saat saya merasa down dan sudah tidak mampu lagi, saya akan kembali membaca tulisan ini untuk membakar semangat saya lagi karena ini lah sumber kekuatan saya. Bismillah! Semuanya untuk masa depan yang lebih cerah.