Nggak gampang.
Tentu
menjalankan dua atau tiga pekerjaan dalam suatu waktu itu bukan hal yang mudah.
Well, bukan karena saya rakus atau kekurangan uang (toh soal uang, saya punya
pendapatan tetap sekarang meski tidak besar, tapi cukup untuk hidup saya
sendiri). Saya memutuskan untuk melakukan double (atau triple?) job memang
karena saya suka, karena saya cinta, karena saya ‘tak mau lepas’.
Diawali dari
cerita lulusnya saya dari Kampus Ganesha dan langsung ‘ditarik’ memegang posisi
research assistant di sebuah lembaga, bukan berarti saya tega meninggalkan
pekerjaan yang sebelumnya telah saya geluti selama kurang lebih 1.5 tahun
secara amatiran, yap, jadi penulis. Maka jadilah saya si Nona penguasa meja
kerja yang anteng di depan layar komputer dengan tiga pembagian kerja berbeda :
Research assistant dengan segala “to-do-list-in-a-week”-nya, Co-Editor dengan
tulisan-tulisan yang harus diedit dan hutang artikelnya, dan satu lagi...
freelance journalist dengan transkrip-transkrip liputan dan ide tulisan yang
menunggu untuk ditemukan.
Fyuuhhh!
Capek nggak sih?
Capek! Tapi saya senang!
Karena memang
ini yang saya inginkan, menyukai yang saya lakukan sambil melakukan yang saya
sukai. Passion saya mungkin tidak sepenuhnya ada apa riset, tapi dengan
mengerjakannya sambil menulis, I found my life (entah kenapa bacanya jadi
unyu...hahaha).
Kemudian
dimulailah hari-hari saya, bikin tulisan, edit tulisan, masukin data riset,
ngedata logistik riset, ngajarin analis ngerjain sesuatu yang baru di lab,
ngeliput berita, meeting crew majalah, ngisi storyboard, baca jurnal dll.
Saya kira
semuanya akan mudah lho, asalkan ada niat dan tekad disertai usaha yang keras,
pasti semuanya berjalan dengan lancar. Asalkan bisa bagi waktu dengan benar,
pasti semua kerjaan itu bisa selesai, dengan baik, perfect! (kalau kata orang
yang perfeksionis, tiap kita beresin kerjaan itu, kita harus bilang “perfect”
gitu, katanya itu kata yang ajaib biar kerja kita memuaskan. Hoho..). Tapi
ternyata, Masya Allah, boro-boro mudah deh, yang ada saya stress, iya,
s-t-r-e-s-s sama kesemua kerjaan saya yang sekarang. Penyebabnya bukan dari
diri sendiri saja, tapi juga dari orang-orang di sekitar saya (parah banget ya
saya, nyalahin orang).
“Mau ngingetin
artikel yang harus dibuat, deadline tanggal sekian...” – arrrrgh, bentrok sama
deadline kerjaan saya yang lain
“Transkripnya
dikirim sini aja, sini dibantu kalau adys nggak sempet..” – aww..I still can do
it myself, I promise, hiks..
“Jurnal A udah
beres? Kalau yang B udah dirangkum belum reagen-reagen yang dibutuhin? Besok
kukirim jurnal C dan D ya, dibaca untuk meeting akhir minggu ini...” – saya
rasa, saya akan meledak dalam hitungan satu...dua..
tiga...
DHUARRRRR!!!!!
Di sela-sela itu
semua, semoga pikiran saya masih waras untuk menemukan solusi yang tepat untuk
diri sendiri, soalnya saya sendiri bingung mau cerita sama siapa (sok-sok
merasa sendiri, cih! Haha). Anyway, seriusan meskipun di tulisan ini saya
keliatan ngeluh tapi saya kuat kok (ciyuuusss? miapaah?) saya hanya meluapkan
unek-unek aja. Haha. Habisan saya jadi pusing sendiri mau saya apa. Nggak tega
ninggalin kegiatan yang lalu, tapi saat jalanin malah hampir kolaps. Ja ja ja!
Jadi, beginilah
to do list saya untuk minggu ini:
1.
Jurnal-jurnal yang dikirim supervisor harus secepatnya saya
baca dan pahami, setelah itu hal-hal yang diminta atas jurnal itu harus segera
mungkin dikerjakan
2.
Data-data penelitian minggu kemarin secepatnya
dimasukkan ke komputer supaya tidak hilang.
3.
Artikel yang masuk dari Tiara harus segera di edit
4.
Hutang artikel untuk majalah HG (3 artikel harus segera
diselesaikan)
5. Hutang transkrip dan artikel untuk majalah ITBMagz (2
item harus segera diselesaikan)
6. Ngeliput suatu acara di kampus hari rabu pagi (sialnya
kamera saya nggak tau ada dimana, sial banget deh)
Dan, saran yang
berhasil saya temukan (atau diada-adain sebagai penghibur dan penyemangat diri)
untuk diri saya sendiri dan orang lain yang juga melakukan double job adalah
sepertinya harus...
1.
Bagi waktu yang bener, semua manusia punya waktu 24 jam
sehari yang dibagi untuk istirahat, kerja, dan refreshing. Seandainya waktu
tidur adalah 6 jam, dan waktu refreshing adalah 4 jam, total waktu makan
pagi-siang-malam adalah 2 jam, maka total waktu kerja adalah 12 jam (kerja
kantoran 8 jam, berarti kerja freelance ada 4 jam, manfaatkan sebaik mungkin!).
2. Kuatkan tekad dan niat, kalau niat udah lurus, Insya
Allah lancar kok, niatnya kan selain cari uang juga memberikan manfaat untuk
orang lain. Jangan sekali-kali lunturkan niat karena alasan “capek”, “susah”, “males”.
3. Kuat mental, menjalani kerjaan double maupun triple
bukan hal yang mudah, tantangannya juga banyak, tekanannya banyak, terus belum
tentu orang-orang ngerti sama keadaan kita dan menuntut performa kita sama seperti
sebelum kita menduakan atau mentigakan pekerjaan. Jadi harus kuat mental, nggak
boleh pundungan, nggak boleh sensitif, tunjukkin bahwa kualitas kerjaan kita
nggak menurun meski sekarang tambah banyak hal yang harus diselesaikan
4.
Sabar, jangan emosian. Emosi malah bikin kerjaan kacau.
5. Gesit, kurangi leyeh-leyeh! Jangan banyak haha hihi,
ada kerjaan, ada waktu, langsung selesaikan. Kadang waktu ngumpul bareng temen
mungkin jadi berkurang, tapi itulah yang namanya risiko dan pengorbanan.
6.
Semangat!
Fyuuh! Selesai
juga celoteh panjang lebar saya. Sekali lagi, double ( atau triple?) job itu
nggak gampang. Tapi meskipun nggak gampang bukan berarti nggak bisa dilakuin
kan? Hehe. Optimis dan pede aja pokoknya. Semoga bermanfaat jadi spirit
booster. Semangat!