Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Saya suka melakukan hal-hal yang menurut saya menarik dan orang-orang sulit melakukannya :) Saya suka bercerita tentang apa yang terjadi hari ini dan mendengarkan cerita teman-teman tentang betapa rumitnya hidup :P Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk orang yang saya sayangi :* Sangat susah bagi saya untuk memilih, meskipun saya sudah menentukan prioritas. Seorang sanguinis- koleris yang perfeksionis namun berusaha untuk tidak terlalu idealis. Haha.

Rabu, 31 Oktober 2012

White Flag


I know you think that I shouldn't still love you,
Or tell you that.
But if I didn't say it, well I'd still have felt it
where's the sense in that?

I promise I'm not trying to make your life harder
Or return to where we were

I will go down with this ship
And I won't put my hands up and surrender
There will be no white flag above my door
I'm in love and always will be

I know I left too much mess and
destruction to come back again
And I caused nothing but trouble
I understand if you can't talk to me again

And if you live by the rules of "it's over"
then I'm sure that that makes sense

I will go down with this ship
And I won't put my hands up and surrender
There will be no white flag above my door
I'm in love and always will be

And when we meet
Which I'm sure we will
All that was there
Will be there still
I'll let it pass
And hold my tongue
And you will think
That I've moved on...
 
I will go down with this ship
And I won't put my hands up and surrender
There will be no white flag above my door
I'm in love and always will be

Dikirimin lagu ini (lagi) malah jadi sedih ya....

"Kunci ilang bre.."
"Kunci? Kunci apaan?"
"Kunci kantor, parah lah diilangin di mana.."
"Oh, kunci kantor toh.."
"Kunci apa gitu ngiranya? Motor? Zzz.."
"Kirain kunci hatimu, kunci hatimu kan ada padaku"
"Cih. Gombal" #ngakakkeras

*begitulah adanya, kami suka bercanda =))*
1. Belajar biola lagi
2. Punya kucing
3. Pergi ke kawah putih
4. Menggambar
5. Minum jus brokoli-jeruk-kiwi
6. Punya ular milksnake

Senin, 29 Oktober 2012

http://www.openpcr.org

Hey young (molecular) biologist!!!

Yakinkah kalian? Ini adalah sebuah mesin PCR!
Ya, sebuah mesin PCR (Polymerase Chain Reaction) -yang belum dirakit-

Bentuknya sederhana, harganya cuma 6 juta (PCR canggih harganya 200-300 juta). Mesin yang begini semoga bisa digunakan di pelosok-peloseok nun jauh dari teknologi untuk mendeteksi infectious disease dengan lebih mudah..

Berhubung saya baru liat ini di depan mata tadi sore, saya percaya ini mesin PCR, dan saya (dengan supervisor disini) bakal ngutak-ngatik mesin ini sampe jalan besok hari (semoga jalan sih, semoga saya ngerakitnya nggak abal dan amatiran, meski saya nggak ada bakat sama sekali atas hal itu, mungkin saya akan bertingkah seolah-olah sedang merakit mainan rumah-rumahan)

Yang penasaran ini mesin PCR macam apa, klik saja gambarnya ;)

*to-do-list-this-week-that-must-be-done-today

Banyak? Banyak nggak kelihatannya?

Jadi ceritanya hari ini kegiatan saya di kantor adalah mempersiapkan next research yakni spoligotyping Mtb dengan membuat list bahan dan alat yang dibutuhkan, melakukan penawaran ke vendor-vendor, mengontak perusahaan supplier, mengevaluasi harga, dan melakukan pemesanan. Pokoknya akhir minggu ini harus udah selesai kerjaannya supaya di bulan November risetnya bisa on progress!


Siip deh!

Minggu, 28 Oktober 2012

Kode-kode

Pantry, makan siang dengan masakan padang yang dibayarin Supervisor, sambil ngobrol...
Spv : Adys nanti mau sekolah lagi mau ambil apa?
Dys : Inginnya ambil neuro atau immuno, tapi ingin juga food techonolgy atau agriculture tech. Masih liat-liat mana yang cocok..
Spv : Hmm..nggak tertarik ambil infectious disease Dys?
Dys : ....... (mampus, mesti ngomong apa nih?)
.....................................................................(meneruskan pembicaraan)
Spv : Kalau mau S2 lewat program itu bukannya harus pengalaman kerja dulu 2 tahun ya?
Dys : ............ (setahuku enggak lho...)
.....................................................................(meneruskan pembicaraan)
Spv : Dys, kalau dibimbing sama Bu E (pembimbing waktu S1) enak nggak? cocok nggak?
Dys : ............ (enak kok, kenapa gitu mbak?)
*kode-kode mbak Spv dapat saya tangkap dengan jelas*

Waktu

Ternyata waktu...
Mengubah perasaan
Mengubah sifat manusia
Menjawab banyak pertanyaan

Ternyata kadang kita cuma butuh waktu sebagai sebuah pembuktian, sebagai solusi semua tanya, dan sebagai kunci dalam menjalani suatu proses

Ternyata Double ( Atau Triple?) Job Itu.....

Nggak gampang.

Tentu menjalankan dua atau tiga pekerjaan dalam suatu waktu itu bukan hal yang mudah. Well, bukan karena saya rakus atau kekurangan uang (toh soal uang, saya punya pendapatan tetap sekarang meski tidak besar, tapi cukup untuk hidup saya sendiri). Saya memutuskan untuk melakukan double (atau triple?) job memang karena saya suka, karena saya cinta, karena saya ‘tak mau lepas’.

Diawali dari cerita lulusnya saya dari Kampus Ganesha dan langsung ‘ditarik’ memegang posisi research assistant di sebuah lembaga, bukan berarti saya tega meninggalkan pekerjaan yang sebelumnya telah saya geluti selama kurang lebih 1.5 tahun secara amatiran, yap, jadi penulis. Maka jadilah saya si Nona penguasa meja kerja yang anteng di depan layar komputer dengan tiga pembagian kerja berbeda : Research assistant dengan segala “to-do-list-in-a-week”-nya, Co-Editor dengan tulisan-tulisan yang harus diedit dan hutang artikelnya, dan satu lagi... freelance journalist dengan transkrip-transkrip liputan dan ide tulisan yang menunggu untuk ditemukan.

Fyuuhhh!

Capek nggak sih? Capek! Tapi saya senang!

Karena memang ini yang saya inginkan, menyukai yang saya lakukan sambil melakukan yang saya sukai. Passion saya mungkin tidak sepenuhnya ada apa riset, tapi dengan mengerjakannya sambil menulis, I found my life (entah kenapa bacanya jadi unyu...hahaha).

Kemudian dimulailah hari-hari saya, bikin tulisan, edit tulisan, masukin data riset, ngedata logistik riset, ngajarin analis ngerjain sesuatu yang baru di lab, ngeliput berita, meeting crew majalah, ngisi storyboard, baca jurnal dll.

Saya kira semuanya akan mudah lho, asalkan ada niat dan tekad disertai usaha yang keras, pasti semuanya berjalan dengan lancar. Asalkan bisa bagi waktu dengan benar, pasti semua kerjaan itu bisa selesai, dengan baik, perfect! (kalau kata orang yang perfeksionis, tiap kita beresin kerjaan itu, kita harus bilang “perfect” gitu, katanya itu kata yang ajaib biar kerja kita memuaskan. Hoho..). Tapi ternyata, Masya Allah, boro-boro mudah deh, yang ada saya stress, iya, s-t-r-e-s-s sama kesemua kerjaan saya yang sekarang. Penyebabnya bukan dari diri sendiri saja, tapi juga dari orang-orang di sekitar saya (parah banget ya saya, nyalahin orang).

“Mau ngingetin artikel yang harus dibuat, deadline tanggal sekian...” – arrrrgh, bentrok sama deadline kerjaan saya yang lain
“Transkripnya dikirim sini aja, sini dibantu kalau adys nggak sempet..” – aww..I still can do it myself, I promise, hiks..
“Jurnal A udah beres? Kalau yang B udah dirangkum belum reagen-reagen yang dibutuhin? Besok kukirim jurnal C dan D ya, dibaca untuk meeting akhir minggu ini...” – saya rasa, saya akan meledak dalam hitungan satu...dua..

tiga...

DHUARRRRR!!!!!

Di sela-sela itu semua, semoga pikiran saya masih waras untuk menemukan solusi yang tepat untuk diri sendiri, soalnya saya sendiri bingung mau cerita sama siapa (sok-sok merasa sendiri, cih! Haha). Anyway, seriusan meskipun di tulisan ini saya keliatan ngeluh tapi saya kuat kok (ciyuuusss? miapaah?) saya hanya meluapkan unek-unek aja. Haha. Habisan saya jadi pusing sendiri mau saya apa. Nggak tega ninggalin kegiatan yang lalu, tapi saat jalanin malah hampir kolaps. Ja ja ja!
Jadi, beginilah to do list saya untuk minggu ini:
1.      Jurnal-jurnal yang dikirim supervisor harus secepatnya saya baca dan pahami, setelah itu hal-hal yang diminta atas jurnal itu harus segera mungkin dikerjakan
2.      Data-data penelitian minggu kemarin secepatnya dimasukkan ke komputer supaya tidak hilang.
3.      Artikel yang masuk dari Tiara harus segera di edit
4.      Hutang artikel untuk majalah HG (3 artikel harus segera diselesaikan)
5.      Hutang transkrip dan artikel untuk majalah ITBMagz (2 item harus segera diselesaikan)
6.   Ngeliput suatu acara di kampus hari rabu pagi (sialnya kamera saya nggak tau ada dimana, sial banget deh)

Dan, saran yang berhasil saya temukan (atau diada-adain sebagai penghibur dan penyemangat diri) untuk diri saya sendiri dan orang lain yang juga melakukan double job adalah sepertinya harus...
1.      Bagi waktu yang bener, semua manusia punya waktu 24 jam sehari yang dibagi untuk istirahat, kerja, dan refreshing. Seandainya waktu tidur adalah 6 jam, dan waktu refreshing adalah 4 jam, total waktu makan pagi-siang-malam adalah 2 jam, maka total waktu kerja adalah 12 jam (kerja kantoran 8 jam, berarti kerja freelance ada 4 jam, manfaatkan sebaik mungkin!).
2.    Kuatkan tekad dan niat, kalau niat udah lurus, Insya Allah lancar kok, niatnya kan selain cari uang juga memberikan manfaat untuk orang lain. Jangan sekali-kali lunturkan niat karena alasan “capek”, “susah”, “males”.
3.  Kuat mental, menjalani kerjaan double maupun triple bukan hal yang mudah, tantangannya juga banyak, tekanannya banyak, terus belum tentu orang-orang ngerti sama keadaan kita dan menuntut performa kita sama seperti sebelum kita menduakan atau mentigakan pekerjaan. Jadi harus kuat mental, nggak boleh pundungan, nggak boleh sensitif, tunjukkin bahwa kualitas kerjaan kita nggak menurun meski sekarang tambah banyak hal yang harus diselesaikan
4.      Sabar, jangan emosian. Emosi malah bikin kerjaan kacau.
5.   Gesit, kurangi leyeh-leyeh! Jangan banyak haha hihi, ada kerjaan, ada waktu, langsung selesaikan. Kadang waktu ngumpul bareng temen mungkin jadi berkurang, tapi itulah yang namanya risiko dan pengorbanan.
6.      Semangat!

Fyuuh! Selesai juga celoteh panjang lebar saya. Sekali lagi, double ( atau triple?) job itu nggak gampang. Tapi meskipun nggak gampang bukan berarti nggak bisa dilakuin kan? Hehe. Optimis dan pede aja pokoknya. Semoga bermanfaat jadi spirit booster. Semangat!

Kamis, 04 Oktober 2012

7 Cara Bahagia Hadapi Rasa Sedih (1)

(Nelangsa mode : ON)

Semakin hari semakin sering saya melihat orang dengan mudahnya larut dalam kesedihan. Oh tidak, maksud saya menikmati kesedihan, jatuh dalam kesedihan, berlama-lama dalam kesedihan. Kesedihan itu sendiri bisa terjadi karena banyak hal, misalnya karena nggak punya uang, gagal ujian, kehilangan orang-orang yang disayang, putus cinta, sakit, dapat musibah, kegagalan mencapai target, melakukan kesalahan, dan lain-lain, dan lain-lain...

Sebenarnya yang namanya sedih itu bukan suatu hal yang dianggap salah. Sedih itu rasa yang wajar, rasa yang manusiawi. Namun, jika diri kita jadi “mundur” karena terlalu jatuh dalam lubang kesedihan (aduh, bahasanya jelek --“) masihkah bisa ditolerir?

Saya sendiri berkaca diri. Sedih? Pernah. Down karena sedih? Pernah. Galau gara-gara sedih? Bukan sekedar pernah, mungkin hampir mendekati sering.

“Kok kayaknya lo nggak pernah sedih sih?” – seorang sahabat pernah bilang gini ke saya..

Bohong banget orang nggak pernah sedih. Yang ada, saya hampir jarang menunjukkan kesedihan saya. Tepatnya saya mulai enggan menunjukkannya karena menurut saya, nunjukkin kesedihan itu berpotensi besar bikin orang lain sedih juga. Saya sangat mencegah ini terjadi. Yang saya lakukan? Belajar pandai-pandai ‘menyembunyikan’ kesedihan dan belajar Self-healing... (yang ini bahasanya agak gaya, haha)

Dalam ‘kamus’ saya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan supaya nggak berlarut-larut dalam kesedihan. Dalam ‘kamus’ saya ada self-healing yang saya percaya bisa bikin saya tenang dan look always happy. Sejauh ini baru ada tujuh sih, lain waktu bisa nambah mungkin ya....

1.      Jangan terlihat menyedihkan, smile!

Hmm, sebenernya rasa sedih bukan buat disembunyikan, tapi bukan berarti kita bisa menunjukkannya semau kita. Sedih bukan untuk ditutup rapat, tapi bukan juga untuk diselami orang-orang yang tidak akrab dan cuma ‘kepo’. Hehe, bingung nggak sih baca kalimatnya? Maksudnya, kalau sedang sedih nggak usah lah nunjukkin dengan tweet “Haduh, menderita banget sih hidup gue..”, atau “Kenapa harus gini ya Allaaah :((“ yang memancing orang nanya “Aduh, kamu kenapaaaa?? :’(“  bahkan status galau pun kalau bisa dikurangi. Selain bikin orang lain kepo, itu juga secara nggak langsung jadi sugesti ke diri kita. Keluhan tentang sedih yang ditunjukkan biasanya bukannya malah bikin diri jadi lebih baik lho. Kalau mau ceritalah ke orang yang kita percaya, nggak semua hal tentang kita perlu diketahui temen FB atau followers Twitter kita kan...

Oh iya, senyum. Senyum itu ibadah, daaaan....bikin sugesti kita jadi bagus. Pikiran jadi lebih positif. Jadi apapun yang terjadi, berusahalah untuk tetap tersenyum karena senyum juga menguatkan kita (haseeeeek...).

2.      Cari kesibukan

Kebanyakan mikirin hal yang bikin sedih menjadikan kita kadang nggak inget atau lepas pandangan dari hal-hal yang perlu kita perhatiin. Misal? Tugas kuliah, target pencapaian, orang-orang di sekitar, dan hal-hal yang harus diselesaikan.

Cari kesibukan. Bukan bermaksud untuk jadi orang sok sibuk sih tapi ini bisa jadi pengalih perhatian dari nginget-nginget hal-hal yang bikin sedih. Dari pada nginget-nginget yang bikin sedih lebih baik kerjain apa yang bisa dikerjain dan jelas bermanfaat. Misalnya, saat saya merasa sedih, saya ngecek tugas, beresin kamar, pergi-pergi, motret-motret asal, terus bikin tulisan. Beberapa kali juga saya ngehubungin pemred-pemred majalah tempat saya magang,  sambil nodong “Kapan kita ngumpul?”, “Ada artikel yang harus ditulis nggak?”, “Ada artikel yang mau diedit nggak?”

3.      Do things you love

Sesuatu yang kita senangi berpengaruh besar pada mood kita. Mungkin orang-orang yang lagi sedih butuh waktu “me time” lebih banyak untuk diisi sama hal-hal yang disukai. Luangkan waktu untuk melakukan hobi dan hal-hal yang disukai tapi suka nggak ada waktu untuk melakukannya. Do things we love.. #nyengirlebar

Banyak hal yang bisa dilakukan kan, apakah itu nonton film, jalan-jalan, dengerin musik, baca buku, bahkan tidur. Yap! Tidur juga boleh lah dibilang hobi. Hahaha.. kalau saya pribadi sih bukan menjadikan tidur sebagai hobi, tapi lebih ke hal yang diutamakan setelah beraktivitas gitu. Saya nggak suka begadang, buat saja, setelah jam 9 itu ya memang waktunya tidur.

Oke, balik lagi ke hobi. Saya sendiri adalah orang yang sangat mencintai “me time” mengingat waktu saya akhir-akhir ini agak nggak luang (bukannya belagu mentang-mentang udah kerja, tapi ini beneran..). Saat ada kesempatan, jangan cuma saat sedih, biasanya saya melakukan hobi saya, baca buku, nari (meski udah lama nggak), jalan-jalan, ambil foto (si amatiran), ngegambar (meski gambarnya butut), dengerin musik sambil nyanyi-nyanyi, dan...nulis! Kalau saya sedih? Yang pertama dilakukan adalah : cari es krim dan cokelat! I love ice cream and chocolate!

Well...ini tulisannya udah panjang banget ya, dan masih ada empat poin lagi. Bagaimana kalau disambung ke tulisan selanjutnya? :p