“Mas, iga bakar penyet satu, sop
iga satu, jus strawberry satu, es cokelat satu ya..”
Jon mengiyakan perkataan perempuan
di depannya. Jon masuk ke dapur sambil sesekali menengok ke belakang, ke arah
perempuan tadi. Perempuan manis itu duduk di meja nomor 12. Ah, lagi-lagi nomor
12. Di hadapan perempuan itu duduk seorang laki-laki. Laki-laki itu lagi,
selalu laki-laki yang sama.
Perempuan manis dengan lesung
pipi. Jon tak mengenalnya. Tapi boleh jadi Jon akrab dengannya. Minimal Jon bertemu
dia seminggu dua atau tiga kali setiap menjelang malam. Minimal Jon tahu menu favorit
dia apa, sop iga dan jus strawberry. Sementara si laki-laki beruntung yang
selalu bersamanya selalu pesan iga bakar penyet, apapun minumannya.
“Mbak, Mas, ini pesanannya,
selamat menikmati.”
Senyum mereka dan kata “Terima
Kasih” yang terucap membuat senyum terbaik yang Jon siapkan terbalas indah. Jon
suka binar mata mereka saat berbicara satu sama lain, hangat dan akrab. Setelah
mengantar makanan, waktu Jon habiskan di depan kasir hanya untuk memandangi
mereka bercengkrama.
Kalau boleh dibilang, Jon jatuh
cinta. Bukan, bukan pada si perempuan manis, apalagi pada laki-laki kharismatik
yang selalu bersamanya, Jon masih normal. Jon jatuh cinta pada mereka, jatuh cinta
akan kebersamaan mereka. Jon sangat suka melihat mereka berdua bersama. Perempuan
manis dan laki-laki kharismatik, terlihat serasi. Dua manusia yang menghiasi
malam dengan senyum, dengan kejutan, dengan obrolan tentang mimpi dan masa
depan. Dua manusia yang binar matanya terang, menghabiskan waktu dengan canda, akrab
dan tentram. Semoga selalu seperti itu, semoga memang jodoh, begitu doa tulus
Jon. Buat Jon, mereka pasangan favoritnya. Melebihi Anang dan Ashanty, bahkan David
Beckham dan Victoria Beckham!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar