Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Saya suka melakukan hal-hal yang menurut saya menarik dan orang-orang sulit melakukannya :) Saya suka bercerita tentang apa yang terjadi hari ini dan mendengarkan cerita teman-teman tentang betapa rumitnya hidup :P Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk orang yang saya sayangi :* Sangat susah bagi saya untuk memilih, meskipun saya sudah menentukan prioritas. Seorang sanguinis- koleris yang perfeksionis namun berusaha untuk tidak terlalu idealis. Haha.

Jumat, 08 Oktober 2010

SOI ITB, Jarak Bukanlah Penghalang Dalam Pembelajaran

BANDUNG, itb.ac.id - Pada tahun 1996, Jepang dan beberapa negara asia lainnya, temasuk Indonesia, membuat AI3 (Asian Internet Infrastructure Inisiative) dengan menggabungkan penggunaan internet dan satelit yang pada saat itu masih jarang dilakukan. Kerjasama tersebut bertujuan untuk membangun jaringan di bidang pendidikan. Kegiatan AI3, yang hingga kini melibatkan sebelas negara, mencakup riset jaringan, network, internet,  dan performance jaringan. “Setelah dirasa infrastruktur tersebut stabil,  Keio University, salah satu universitas tertua di Jepang yang berperan sebagai basis AI3, menginisiasi suatu pendidikan jarak jauh melalui internet yang didirikan tahun 2001 dan diberi nama SOI (School of Internet)”, ujar Pak Basuki, Kepala SOI ITB, ketika diwawancarai di Kantor USDI ITB (05/10/10).

‘School of Internet’  merupakan sebuah terobosan baru untuk mengadakan sebuah perkuliahan yang efisien dan efektif melalui koordinasi dari beberapa universitas yang terpisah oleh jarak jauh menggunakan teknologi internet. Di Indonesia, hingga saat ini telah ada lima universitas yang terdaftar secara resmi di SOI yaitu ITB, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, Universitas Sam Ratulangi, dan Universitas Syiah Kuala. Salah satu kemudahan yang dapat dirasakan dari SOI adalah saat jarak jauh tersebut tidak lagi menjadi kendala dalam pembelajaran. Selain itu dengan menggunakan video life conference, perkuliahan terasa lebih nyata dan menarik karena peserta kuliah dan pemberi materi kuliah tetap dapat berinteraksi secara langsung meski ada di tempat yang berbeda.

Dalam keberlangsungannya, selalu ada pertemuan komite minimal setahun dua kali yang membicarakan agenda SOI. Kuliah umum yang diselenggarakan sebuah universitas melalui SOI  pun diusahakan selalu dipublikasikan karena kegiatan ini disiarkan secara internasional. “Tak jarang universitas di negara lain tertarik dengan topik yang dibahas , misalnya saat topik mengenai tsunami, peminat kuliah sangat banyak. Apalagi pembicaranya dari Indonesia, yang sudah dianggap berpengalaman di bidang ini”, ujar Pak Basuki. “Indonesia, terutama ITB punya banyak ide yang bagus dan sudah dijalankan, inilah yang menjadi daya tarik kerja sama dalam kuliah SOI, namun sekali lagi, keterbatasan sarana prasarana terkadang menghambat inovasi “, sambung beliau sambil terkekeh.

Namun, dibalik keunggulannya SOI terdapat beberapa kesulitan, dalam hal ini di ITB. Misalnya mengenai konten kuliah, komitmen dengan universitas-universitas di berbagai tempat menyulitkan pemilihan topik, karena meskipun topiknya sama seringkali fokus setiap universitas berbeda. Perbedaan bahasa pun merupakan suatu kesulitan dalam mem-broadcast kuliah di SOI. Mungkin karena beberapa hal itu mahasiswa ITB menjadi jarang berpartisipasi. Peminat kuliah SOI tidak banyak karena topiknya sangat general, kecuali topik-topik yang sedang ramai dibicarakan.

Selain kesulitan pencocokan jadwal SOI dengan kuliah di kelas dan pilihan topik kuliah yang kurang menarik di Indonesia, kemajuan teknologi juga menjadi salah satu penyebab berkurangnya peminat kuliah melalui SOI, “Kini, dengan semakin mudah teknologi, inisiatif seperti SOI makin banyak. Orang-orang sudah bisa mengakses informasi di YouTube atau situs lainnya. SOI hingga kini masih berjalan namun hanya sebatas kuliah umum yang membangun pengetahuan seperti ide awalnya untuk memperluas akses banyak orang.”, ujar Pak Basuki, Ketua SOI ITB. “Hanya memang yang sekarang menjadi pemikiran adalah akan dikembangkan seperti apa SOI ke depannya namun tetap kaitannya dengan pendidikan dan penelitian.”

Sangat disayangkan fasilitas SOI secara maksimal belum dimanfaatkan, apalagi oleh mahasiswa ITB yang saat ditanya mengenai SOI mayoritas mengaku belum cukup tahu. Padahal fasilitas SOI dapat dikatakan sangat memadai, terutama bila kita ingin menggali lebih banyak informasi dari universitas-universitas di luar negeri. Maka dari itu dengan tetap memegang prinsip menjunjung tinggi pendidikan melalui akses Internasional, mari kita dukung SOI ITB untuk tetap eksis di dunia pendidikan melalui metode distance learning.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar