Girang.
Dikasih kepercayaan sama seseorang siapa yang nggak senang? “Kamu cari temen
deh yang bisa nulis, untuk bantu nulis topik-topik yang udah ada.
Blablablabla…. (punten sisa omongannya lupa)” kata Bos aku di sebuah kerjaan.
Seneng
karena, (1) ada kerjaan lagi, (2) yang biasanya sendiri jadi ada temen, (3) bisa
nawarin temen yang kira-kira emang bisa diajak kerja bareng untuk sebuah
kerjaan, yang memang aku suka. Bos aku ini memang baik. Kerjaan yang dikasih
tergolong mudah, tenggat waktu kalo nggak terlalu mepet pasti fleksibel. Topik
dikasih, aturan jumlah kata nggak kaku. Orangnya enak diajak diskusi, nggak
galak, nggak pernah ada kesan nyuruh. Pokoknya baik!
Jadi
ceritanya Bos aku ngasih beberapa kerjaan yang aku bagi dengan temen yang sudah
berhasil aku temukan (ini bahasanya gimana sih, ngaco…). Bos aku ngasih
deadline tanggal tertentu dimana artikel harus masuk biar bisa diedit editor.
Sayangnya aku dongo dalam meng-arrange waktu yang bertepatan sama minggu-minggu
aku beresin penelitian tugas akhir. Jangankan artikel, logbook TA aja lupa
diberesin.
Alhasil,
kerjaan keteteran sedih banget lah. Sedih pertama karena kerjaan nggak beres
sesuai timeline, terus nggak maksimal, dan sudah menyia-nyiakan kepercayaan Bos
plus takut mengecewakan. Heu, nggak enak banget. Berkali-kali minta maaf karena
keteteran akibat banyak kerjaan di dunia per-akademik-an yang lagi hectic pas
banget minggu deadline yang mengakibatkan kerjaan aku jadi overlap sama pihak
lain yang diminta bantuan juga gara-gara aku (kayaknya) dikira nggak sempet
ngeluangin waktu. Jadinya bos memutuskan supaya editor yang nentuin artikel
buatan siapa yang masuk. Mana aku bikinnya tanpa persiapan maksimal pula. Super
nggak puas padahal inginnya perfect. Heu..sedih.
Sempet
down dikit gara-gara kerjaan nggak beres. Gimana nggak down, itu kepercayaan Bos
disia-siain gitu aja woy. Dimana otak kamu Adys? Gitu aku mikirnya. Aku nggak
enak hati plus khawatir sama kerjaan kedepannya. Takut nggak dipercaya
ngehandle topik lagiii.. Tapi, emang dasarnya bos aku baik (dan lagi butuh,
hhe), beberapa hari setelah kejadian itu beliau e-mail semua contributor ngajak
ngomongin proyek kita bareng-bareng dan ngasih aku kepercayaan lagi untuk
mengembangkan suatu topik (termasuk menerima ide yang keluar dari otak aku)
plus bilang kalau aku nggak usah terburu-buru ngerjainnya karena masih ada
waktu sampai akhir Juni. Ya Allah, Bos aku ini super baik. Lega rasanyaaaa…
Terus
aku sadar,
Ternyata
kalau dibawa terlalu serius, kepercayaan yang ditujukan ke kita malah jadi
bikin kita susah sendiri ya (eh, iya ngga?). Makanya, kalau dikasih kepercayaan
kayaknya nggak usah dibawa terlalu serius deh karena bisa-bisa nantinya jadi
beban. Jangan jadikan kepercayaan sebagai beban karena itu justru bisa jadi
boomerang yang bikin kita nggak tenang (kan? kan?). Ibu aku pernah bilang, jadikan
kepercayaan sebagai kesempatan. Kesempatan untuk melakukan hal yang terbaik dan
membuktikan bahwa kita bisa menggunakan kepercayaan itu dengan bijak, plus kesempatan
untuk kembali mendapatkan kepercayaan. Hmmm..note that! :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar