Well...setelah memelas pengen banget nonton sesuatu di bioskop, akhirnya jumat kemarin kesampaian
nonton dibioskop. Meskipun awalnya mau nonton Habibie & Ainun terus
keabisan tiket gara-gara ngantri dan penuh banget, akhirnya saya nonton 5 cm
dan sama sekali nggak ngesel. Film ini juga salah satu film yang lagi rame di
kalangan penikmat film dan lagi banyak direview orang-orang.
Saya belum pernah baca bukunya.
Haha. Sebenernya saya tahu kalau mau nonton film yang diadaptasi dari novel itu
sebaiknya baca dulu novelnya. Tapi saya nggak lakukan itu. Alasannya juga saya
nggak tahu kenapa. Hehehe. Banyak temen-temen saya yang udah pernah baca
novelnya terus bilang kalau dibandingin sama buku, filmnya lebih terkesan
‘loncat-loncat’. Wajar kan untuk sebuah film yang diadaptasi dari novel pasti
bakal muncul komentar seperti itu. Yaa..ambil contoh aja film Perahu Kertas
kemarin yang sampai-sampai harus dibikin dua bagian (bikin jadi males nonton,
ngga tau kenapa, mending baca bukunya berulang-ulang). Meskipun begitu, saya
salut banget sama film 5 cm ini, yang bikin saya jadi baca bukunya setelah
nonton.
Dari akting, saya paling suka sama
aktingnya Junot yang jadi Zafran. Kenapa? Soalnya Junot berhasil bikin tokoh
Zafran jadi nggak norak di mata saya. Dia berhasil bikin penonton ketawa dan
senyum-senyum sama tingkah laku dia yang kocak, puitis banget, plus bikin
geleng-geleng kepala. Dia berhasil bikin penonton ngerti ‘isi otak’nya Zafran
itu seperti apa (bikin ketawa banget deh itu album “The Best of Zafran”, hahaha).
Akting pemeran lain bisa dibilang ‘cukup’ sih (Denny Sumargo ternyata lumayan
juga kalau akting #eh), sebenernya saya agak kurang sreg sama aktingnya
beberapa pemain (misalnya Pevita (Dinda)) soalnya terlalu banyak dialog yang
kaku, padahal kalau lebih natural pasti lebih keren. Kalau gesture sebenernya
nggak terlalu keliatan menurut saya, tapi dialognya itu lho. Yang bikin kecewa
buat saya adalah : bagian cerita tentang Genta dikit banget, hahaha. Saya suka
sama Genta, suka sama Fedi Nuril. Tapi karena cerita utamanya ada di sudut
pandang Zafran, Genta ini jadi dikit banget disorot, aktingnya Fedi Nuril juga
menurut saya jadi kurang ‘keluar’, but still, he stole my heart :p
Juaranya film ini adalah penonton
dibikin ketawa tanpa paksaan, karena leluconnya terkesan sangaaat spontan dan
santai, penonton juga ngerti maksud candaannya. Misalnya, waktu Ian masak mie,
ibunya bilang “Iaan..jangan masak mie”, terus dia bilang “Nggak Maa, orang
mienya juga ngga ada..”, padahal pas dia buka lemari isinya indomie semua. Terus
canda-candaan di kereta, di rumah Arial, dll. Kalau soal becanda, dialog sama
aktingnya malah nggak keliatan kaku, natural banget, kayak kita becanda
sehari-hari sama temen.
Yang lebih keren adalah, pengambilan
gambarnya waktu di Semeru dramatis dan indah banget. Penggambaran lansekap pake
helikopter, Ranu Kumbolo, awan yang berarak, pergantian hari, suasana di puncak
Semeru, semuanya keren dan menurut saya yang orang awam, tanpa cela. Rizal
Mantovani dan kru-krunya berhasil bikin penonton ber-WOW-ria sampe nyeletuk
“Ahh, keren banget...coba bisa ke sana, pengen kesana”. Saya sih yang denger
senyum-senyum aja. Kalau nurutin kemauan, saya juga pengen banget. Tapi,
mendaki itu kan ngga segampang kelihatannya. Tentu aja di dunia nyata, banyak
banget persiapan yang harus dilakukan. Hehe.
Meskipun endingnya (pas upacara
bendera) kalau dibayangin di dunia nyata menurut saya agak awkward, saya seneng
bisa nonton film ini. Keren lah, bulan-bulan ini film Indonesia berhasil beneran
jadi tuan rumah di rumah sendiri, seperti seharusnya, sepantasnya. Biasanya kan
antrian paling panjang peminat ada di pemutaran film-film barat :p
“Setiap kita punya mimpi atau keinginan atau cita-cita, kita
taruh di depan kening kita. Jangan menempel, biarkan dia menggantung,
mengambang 5 cm di depan kening kita. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata
kita. Biarkan keyakinan kita itu mengambang 5 cm di depan kening kita. Setelah
itu yang kita perlukan hanya kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak daripada biasanya, mata yang akan menatap
lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan
tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih
keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa.”- 5 cm. by Donny
Dhirgantoro.
Next, Habibie & Ainun nih
kayaknya harus ditonton banget... ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar