Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Saya suka melakukan hal-hal yang menurut saya menarik dan orang-orang sulit melakukannya :) Saya suka bercerita tentang apa yang terjadi hari ini dan mendengarkan cerita teman-teman tentang betapa rumitnya hidup :P Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk orang yang saya sayangi :* Sangat susah bagi saya untuk memilih, meskipun saya sudah menentukan prioritas. Seorang sanguinis- koleris yang perfeksionis namun berusaha untuk tidak terlalu idealis. Haha.

Senin, 11 Juli 2011

Hal Sensitif : Uang dalam Kehidupan


Sering denger kan, berita tentang saudara yang bunuh-bunuhan gara-gara masalah hutang? Sering denger juga kan, berita tentang orang atau bocah yang bunuh diri gara-gara masalah keuangan (bayar sekolah, banyak tunjangan, biaya berobat dll)? Atau yang paling sering deh, berita tentang tindak kriminal macem pencurian, penculikan bersyarat tebusan dengan latar belakang kondisi keuangan pasti pada sering baca di koran atau denger dari TV.  Bahkan yang berhenti sekolah karena nggak punya uang, yang berhenti mengejar mimpi karena nggak mampu secara finansial, pasti bayak terjadi di dunia ini.

Orang emang nggak bisa hidup di dunia tanpa uang ya? Maksudnya, uang itu jadi krusial buat kehidupan manusia. Kalau jaman duluuu banget tetua kita mengenal barter, macem beras sekilo dituker sama ikan asin atau apalah itu namanya, terus mulai dihargai dengan emas, perak, dan perunggu, sekarang barang atau jasa yang kita butuhkan dapat kita peroleh dengan memberikan lembaran-lembaran ijo, biru, merah atau koin dengan nominal  angka yang dinamakan uang.

Segitunya, aku jadi mikir, kita hidup, kita lahir, belajar, berusaha memperoleh pendidikan yang tinggi, berusaha memperoleh pekerjaan yang bermanfaat dan upah yang menurut kita layak. Jadi keinget sama pembicaraan sama seorang temen (yang kuliah di ITB juga, jurusan timur –tak usah disebut lah mananya-)
A : Ngapain lo kuliah di jurusan X dis?
B : Karena gw seneng sama segala sesuatu yang berhubungan sama X. Lo kenapa kuliah di jurusan Y?
A : Hem, sebenernya gw pengen kuliah di salah satu jurusannya fakultas Z sih, gw kuliah di Y bukan berarti dari awal gw suka Y, gw suka kimia, gw suka matematika, gw suka ngitung, nggak suka ngehapal kayak lo.
B : Terus kenapa lo malah kuliah di jurusan Y?
A : Karena di fakultas gw yang sekarang gw rasa jurusan Y itu yang ‘paling’.  Lo sendiri, yakin kuliah di jurusan X dis? Emang lo mau jadi apa ntar kerjanya?
B : Gw pengen jadi konsultan, gw pengen jadi penulis, tapi gw pengen jadi dosen juga :p
A : Emang worth ya dengan kuliah lo? Emang duitnye banyak?
B : Loh kok jadi ke duit? Gw sih yang penting gw cinta apa yang gue lakuin dan manfaat, kalo duit, nggak perlu lebih, yang penting cukup buat keluarga gw. Kalo lo?
A : Kalo gw sih, jurusan gw yang sekarang sangat mendukung gaji belasan juta bahkan puluhan juta perbulan pas gw kerja ntar. Kalo gitu lo cari suami jurusan gw atau mirip2 jurusan gw aja biar duitnya banyak. Haha.
B : Emang duit banyak buat apa? (nanya beneran loh bukan ngetest :p)
A : Ya elah, masa lo ga tau duit banyak buat apa?....... (dan pembicaraan pun berakhir sampai sini)
SEE???? Apakah dari anda-anda banyak yang berpikiran seperti ini juga? Bahwa kuliah tinggi ujung-ujungnya buat dapet kerjaan dengan duit gede lalu hidup bahagia (???)

Sebenernya, kalo menurut aku sah-sah aja sih kalo manusia mencari kepuasan, maksudnya dalam hal ini uang. Manusia belajar, berusaha, bekerja, demi mendapatkan uang, demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Itu sah-sah aja asal masih dalam cara yang halal, bukan lewat nipu, bukan lewat nyuri, bukan lewat korupsi, pokoknya dengan tidak merugikan orang lain. Tapi kalo uang dijadikan takaran mendapatkan kebahagian, sori-sori jek, ane mah nggak setuju.

Apakah semua yang berharta hidupnya akan bahagia? Mungkin iya mereka bisa beli apa aja yang dimauin, apa aja yang lagi tren, apa aja yang keren dan diimpikan banyak orang. Tapi dibalik semua itu, kebahagiaan kan nggak bisa dibeli pake uang masbro, mbaksis… Kita perlu inget bahwa uang dan segala kemewahan malah bisa membawa orang lupa diri dan tenggelam dalam kebahagiaan yang semu. #ciyeh

Uang nggak akan bisa membeli senyum tulus seorang anak yang ‘dilupakan’ orang tuanya karena kesibukan pekerjaan. Uang nggak akan bisa membeli persahabatan yang benar-benar nyata. Uang nggak bisa dipake beli cinta dan kasih sayang, uang nggak bisa menghapus tangis seseorang yang ditinggal mati sanak saudara atau orang tuanya. Uang nggak akan bisa membeli kebahagiaan. Kebahagiaan karena uang hanya bersifat sementara. #aseeeek

Aku mungkin belum jadi ‘orang’ yang mapan secara finansial, yang mandiri cari uang sendiri, yang udah jelas bakal dapet uang berapa tiap bulannya. Aku mungkin masih harus disuapin orang tua dalam hal kebutuhan hidup, aku mungkin belum ngerasain sepenuhnya gimana susahnya nyari uang (jadi sori-sori aja nih kalo setelah baca tulisan ini kesannya jadi sotoy). Tapi yang aku tahu, di dunia ini banyak orang yang masih sangat butuh uang, tapi banyak juga orang yang uangnya dipake tujuh turunan juga nggak habis. Banyak orang banting tulang demi dapet uang, ada juga yang tinggal ongkang-ongkang duduk di kursi salah satu ruangan perkantoran eksklusif dan uang mengalir dengan cepat. Banyak orang bekerja mencari uang secara halal, tapi banyak juga yang rela melakukan apapun. Uang, selain sebagai penolong penyambung hidup bisa jadi ‘majikan’ yang menjerumuskan ‘budaknya’ (manusia).

Aku sih bukan kasih nasihat atau apa, bukan berusah menggurui apalagi. Dibalik semua tulisan-apa deh-ngaco-random-ga penting-aneh-sewot-ngelantur-tapi bener-ini aku cuma bisa berdoa, di masa depan nanti semoga kita bisa jadi orang yang mapan, bisa cari uang sendiri dengan ilmu yang kita punya dengan tidak lupa memanfaatkan ilmunya dengan baik. Semoga kita bisa memenuhi kebutuhan  -yang memang dibutuhkan- secara baik, semoga kita bisa ngasih manfaat untuk orang-orang yang benar-benar membutuhkan juga dengan rejeki yang kita hasilkan,  semoga kita tidak diperbudak atau dibutakan oleh uang, semoga semua yang diberikan Tuhan membuat kita senantiasa bersyukur. Amin

Curcol : Post ini dibuat atas ide sendiri, jadi ceritanya baru-baru ini aku baru saja ‘disentil’ dengan yang namanya uang. Aku dapet e-mail yang isinya keputusan bahwa aku diterima jadi salah satu delegasi untuk dateng ke sebuah seminar/konferensi di luar negeri (dan setahu aku ada sektar 20an orang sekampus yang nampak akan berangkat juga). Tentu biaya yang dibutuhkan tidak sedikit, setelah aku hitung uang 10 hari disana (fee acara, hotel, penerbangan, makan, visa etc) bisa menghabiskan biaya 4 semester kuliah aku. Disini, bukan masalah pelit ngeluarin uang, lagi nggak punya atau apa, sebenernya simpenan ada (yang sebelumnya berencana digunakan sesuatu yang lain, tapi jadi galau gara-gara ini). Orang tua sebenernya nggak terlalu masalah, tapi malah aku jadi nggak enak, ngersa beban aja make uangnya, belum bisa ngehasilin uang tapi masih pake uang ‘segitu’ dan mau gimana2 juga uang aku kan tetep uang ortu, beban morilnya gede ya, hehehe. Aku ngerti, kalo pengen sesuatu memang butuh pengorbanan, tapi aku mungkin sedang diuji Tuhan nih mengenai kebijakan mengelola uangnya. Apakah uang itu aku pake berangkat atau aku pake untuk sesuatu yang lebih worth di ‘sini’… doakan aku lulus cobaaan ya.. (ya kalo memang takdir aku yakin pasti ada jalan :p)

Sekian, mohon maaf untuk lanturan yang panjang dan ada yang kurang mengenakkan….. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar